Alirannativisme hampir sama dengan aliran naturalisme. Nature artinya alam ataupun yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada dasarnya semua anak ( manusia ) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan awal manusia. Aliran ini tidak menafikkan dan pengaruh lingkungan atau pendidikan. Dayapikir, kepekaan, rasa sosial, krearivitas. Faktor-faktor perkembangan manusia berpengaruh pada munculnya aliran klasik pendidikan: 1. Empirisme (John Locke) Segala pengetahuan, keterampilan, dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh empiri (pengalaman nyata) melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan Dalamtulisan ini akan diuraikan tentang pengertian baik dan buruk secara umum, dan pendapat menurut aliran idealisme dan naturalisme dalam menetukan baik dan buruk, D engan demikian harapkan kita dapat pemahaman tentang hakikat baik dan buruk yang terkadang dianggap sepele. Selain itu, pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam tulisaan ini akan mengasah daya kritis kita. AliranFilsafat Pendidikan: Realisme Eureka Pendidikan. Berdasarkan bentuk kata (etimologi) Realisme berasal dari Bahasa Latin "realis" yang berarti "sungguh-sungguh atau nyata dan benar". Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh 1 Pengertian Aliran-Aliran Pendidikan. Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru cara membuat cheese roll dari kulit lumpia. Aliran naturalisme – Di dalam seni rupa, terdapat berbagai jenis aliran yang menampilkan objek gambar yang ada di dalam karya seni tersebut. Salah satu aliran yang sering digunakan adalah aliran Naturalisme. Aliran yang satu ini merupakan salah satu aliran seni rupa yang umumnya digunakan untuk mengekspresikan kesan kemapanan romantisme. Tak hanya itu saja, aliran Naturalisme mempunyai sejarah yang cukup panjang dan terdapat tokoh yang banyak berkontribusi terhadap aliran tersebut. Untuk lebih jelasnya, di dalam artikel ini kita akan membahas mengenai pengertian aliran Naturalisme, sejarah, ciri-ciri, dan juga tokoh yang ada di dalamnya beserta dengan contoh karyanya. Yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini. Pengertian Aliran NaturalismeSejarah Aliran NaturalismeSastra NaturalismeCiri-Ciri Aliran NaturalismeTokoh penting & Contoh Lukisan Naturalisme1. John ConstableLukisan Naturalisme John ConstableDedham Vale 1816 & AnalisisnyaMaria Bicknell 1816 & AnalisisnyaThe White Horse 1819 & Analisisnya2. Thomas ColeLukisan Naturalisme Thomas ColeLake with Dead Trees Catskill 1825 & AnalisisnyaThe Consummation of Empire 1836 & Analisisnya3. William Bliss BakerLukisan Naturalisme William Bliss BakerFallen Monarchs 1886 dan Analisisnya4. Abdullah SuriosubrotoLukisan Naturalisme Abdullah SuriosubrotoPemandangan Gunung 19355. Basuki AbdullahLukisan Naturalisme Basuki AbdullahPantai Flores 1942Kategori SkillMateri Terkait Aliran Naturalisme merupakan salah satu aliran seni rupa yang mengedepankan keakuratan dan kemiripan objek yang digambar supaya terlihat lebih natural dan juga realistis seperti referensinya yang ada di alam. Aliran seni yang satu ini merupakan salah satu bentuk apresiasi dari para seniman terhadap keindahan alam yang ada. Umumnya, para seniman tersebut akan mengangkat tema keindahan pemandangan yang ada di sekitar, seperti yang terjadi di pergerakan mooi indie di Indonesia. Para seniman kadang kala memilih latar cahaya yang lebih terlihat dramatis yaitu pada saat terbit dan tenggelamnya matahari. Hal itu dilakukan untuk memperoleh pencahayaan golden hours. Pemilihan cahaya yang dramatis tersebut merupakan salah satu ciri-ciri aliran Romantisme yang diberontak oleh aliran Naturalisme. Dimana Naturalisme menganggap di dalam pencahayaan yang tidak dramatis juga keindahan alam akan tetap bisa digambarkan. Aliran naturalisme ini merupakan salah satu contoh bagaimana suatu aliran seni juga bisa diartikan berabad-abd setelah pergerakan awalnya mulai muncul. Sebab, walaupun pergerakan Naturalisme merupakan sebuah wujud pengembangan dari realisme dan melawan romantisisme, namun prototypenya sudah ada sejak abad ke-17. Kemudian pada tahun 1820-an, bentuk awal dari Naturalisme sudah menjadi sebuah tren dominan di dalam lukisan pemandangan. Dimana sebagian besar karena mendapat pengaruh dari seniman dari Inggris yang bernama John Constable. Selama periode tersebut, kelompok dan sekolah seniman yang ditujukan untuk masyarakat umum telah didirikan di berbagai tempat yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa sekolah tersebut antara lain, Akademi Norwich di Inggris Timur, Akademi Barbizon di Prancis tengah, dan Akademi Hudson River di New York State. Sekolah-sekolah tersebutlah yang mampu mempengaruhi seluruh Eropa. Sejarah Aliran Naturalisme Setelah mengetahui pengertian dari aliran Naturalisme, kini kita akan membahas mengenai sejarah kemunculan Aliran Naturalisme. Berikut adalah penjelasan selengkapnya. Sejarah dari aliran Naturalisme pada awalnya dikenalkan oleh John Amos Comenius, yaitu seorang filsuf pada abad ke-16. Pada saat itu, filsuf ini diyakini sebagai seseorang yang pertama kali memperkenalkan aliran tersebut terutama di dunia pendidikan. Untuk aliran Naturalisme sudah ada sejak tahun 1850-an di Perancis dan menjadi salah satu reaksi kemapanan oleh para pengikut Aliran Romantisisme. Selain didukung oleh tokoh-tokoh Naturalisme, aliran ini juga berkembang dengan cukup pesat seiring dengan kemajuan teknologi visual dan pengukuran. Salah contohnya yaitu mengenai penggambaran anatomi manusia dan juga hewan yang semakin akurat. Sehingga seni lukis pada aliran Naturalisme bisa menggambarkan objek manusia dan juga hewan dengan lebih detail sesuai dengan bentuk aslinya. Perkembangan dari aliran yang satu ini juga didukung oleh peningkatan ilmu perspektif jarak jauh yang semakin berkembang. Sehingga para pelukis bisa mengaplikasikan ilmu tersebut di dalam lukisan karya mereka untuk menggambarkan objek secara lebih nyata sesuai dengan yang mereka lihat. Pada abad ke-17, penggambaran kondisi cuaca dan pencahayaan di dalam lukisan juga semakin baik, yaitu menjadi lebih halus dan lebih nyata. Jadi sangat membantu untuk melukiskan aliran Naturalisme tersebut. Sastra Naturalisme Sedikit berbeda dengan istilah Naturalisme yang kerap dipakai pada seni rupa. Di dunia sastra, istilah naturalisme memiliki arti prosa fiksi yang lebih radikal dari cerita realisme. Itu artinya, sastra aliran naturalisme akan bercerita secara jelas mengenai kenyataan yang sering terjadi sehari-hari tanpa adanya sensor adegan ataupun dialog yang kontroversial. Pastinya hal tersebut dilakukan selama adegan kontroversial itu masih ada tujuannya. Sementara Naturalisme yang ada di seni rupa bisa menjadi istilah yang dipakai untuk menyatakan “kemiripan dengan alam”. Dimana gambar yang sangat mirip dengan aslinya bisa disebut natural, pastinya ini di luar konteks aliran Naturalisme. Sedangkan di dunia sastra, Naturalisme umumnya ditulis dengan huruf “N” besar untuk mengungkapkan bahwa naturalisme merupakan sebuah istilah yang spesifik untuk satu aliran saja, bukan sebuah istilah natural untuk konteks apa saja. Ciri-Ciri Aliran Naturalisme Membedakan aliran naturalisme dengan aliran lainnya bisa dikatakan tidak begitu mudah. Terlebih jika dibandingkan dengan aliran realisme. Tapi, kita bisa berpegang pada beberapa ciri-cirinya, sebagai berikut 1. Menonjolkan kemiripan gambar lukisan dengan objek yang dilukis sesuai dengan aslinya. 2. Teknik dan kemampuan para seniman menjadi senjata utama. 3. Mengusung tema lukisan yang indah tapi berdasarkan kemurniannya. 4. Naturalisme merupakan bentuk apresiasi seniman terhadap keindahan alam sekitar. 5. Mengusung tema keindahan alam dan pemandangan yang ada disekitar seniman. 6. Melukis keindahan, kecantikan, dan ketampanan potret manusia apa adanya tanpa dilebih-lebihkan. Tokoh penting & Contoh Lukisan Naturalisme Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran ini adalah salah satu contoh aliran yang dicetuskan lama setelah kemunculannya. Oleh sebab itu, tokoh-tokoh yang mempunyai peran penting dalam perkembangan aliran ini juga akan mempunyai gap antar tahun yang cukup besar. Berikut ini adalah beberapa seniman yang menjadi tokoh berpengaruh dalam perkembangan aliran Naturalisme. 1. John Constable John Constable merupakan seniman yang berasal dari Inggris yang dianggap sebagai tokoh seniman yang memberikan banyak pengaruh dalam perkembangan aliran Naturalisme. Ia dulunya menolak gaya lukisan pemandangan. Constable mengatakan bahwa “Kebiasaan pelukis hari ini adalah bravura, sebuah upaya untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui kebenaran”. Lalu, Ia memilih untuk membuat cara representasi sendiri dengan mentransfer apa yang Ia lihat sendiri sejujur mungkin di atas kanvas. Tak hanya itu saja, Constable juga memilih untuk melukis apa saja yang ada disekitarnya terlebih dulu. Dalam suratnya yang Ia tulis untuk koleganya, Ia menulis “I should paint my own places best“. Constable juga tertarik dengan cahaya dan juga awan yang ada di awan tanpa membeda-bedakan mana yang lebih bagus atau mana yang lebih indah. Lukisan Naturalisme John Constable Dedham Vale 1816 & Analisisnya Berikut ini adalah beberapa contoh lukisan karya John Constable Teknik-teknik yang diusung Constable belum seutuhnya tercapai di dalam karya ini. Dimana lukisan di atas dibuat pada masa mudanya dengan latar belakang politik dan juga perang yang terjadi di negaranya. Walaupun begitu, lukisan tersebut telah mencerminkan komitmennya terhadap pengamatan alam yang cukup akurat dan jujur. Hal itu terlihat di rincian dari pepohonan dan langit yang sangat detail. Mata pengamat diarahkan ke bagian terjauh pemandangan sungai, sepanjang rute sungai ke menara yang jauh dari Gereja Dedham, yang meski kecil, tapi membentuk titik fokus yang kuat untuk lukisan tersebut. Pohon-pohon yang ada di kedua sisi kanvas membentuk bingkai ke bagian tengah gambar dan menyajikan pemandangan utamanya. Constable juga menyajikan pemandangan di sekitar rumah tersebut dengan baik, melalui penglihatan yang estetik tanpa melebih-lebihkan. Maria Bicknell 1816 & Analisisnya Lukisan yang satu ini merupakan potret tunangan dari Constable. Dimana lukisan tersebut dibuat sekitar tiga bulan sebelum acara pernikahan mereka. Potret tersebut dinilai sangat mirip dengan wajah Maria Bicknell. Walaupun tingkat kemiripannya cukup akurat, namun John tidak malu untuk menunjukkan marka sapuan kuasnya. Hal itu justru membuat kontras yang sangat indah antara latar belakang dan bagian potret wajah yang ada di depan. The White Horse 1819 & Analisisnya Di dalam lukisan di atas, Constable menggambarkan sebuah adegan kehidupan di pedesaan yang cukup wajar terjadi. Tidak menerapkan ekspresi ataupun emosi, mengasihani atau merayakan kehidupan kerja orang-orang yang Ia lukis. Constable hanya menyajikannya seperti apa yang Ia lihat. Di dalam lukisannya, Constable menunjukkan para pria yang melanjutkan hidup yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun, walaupun gempuran ancaman industrialisasi semakin besar. 2. Thomas Cole Thomas Cole merupakan sosok seniman yang lahir di area industri Inggris. Ia kemudian pindah ke Amerika Serikat pada saat masih muda. Sejak saat itu, Cole selalu berusaha untuk menangkap keindahan yang eksotik dari gurun-gurun yang ada di Benua Amerika. Lukisan-lukisan yang dibuat oleh Cole, ikut menjadi monumen untuk berbagai macam harapan dan juga kecemasan masyarakat Amerika yang baru saja tumbuh selama pertengahan abad ke-19. Ia dianggap sebagai seorang seniman pertama yang membawa mata pelukis pemandangan Eropa ke wilayah Amerika. Namun, sosok tersebut juga tetap menyajikan pemandangan Amerika yang unik. Lukisan Naturalisme Thomas Cole Berikut ini adalah beberapa contoh lukisan karya Thomas Cole Lake with Dead Trees Catskill 1825 & Analisisnya Lake with Dead menyajikan pemandangan Pegunungan Catskill yang berada di tenggara New York. Di tepi danau yang sepi tersebut dikelilingi oleh pohon-pohon yang sudah mati dan juga dua ekor rusa yang sedang berjalan mondar mandir. Untuk latar belakang lukisannya sendiri adalah pada saat senja akan tiba. Di balik hutan tersebut, matahari yang akan menuju singgah sananya masih memancarkan sinarnya menembus langit yang berawan. Walaupun karya ini merupakan lukisan dari aliran Naturalis yang fokus pada teknis dan juga keakuratan dalam melukis. Tapi ada arti atau interpretasi yang bisa diproduksi. Lukisan yang satu ini seringkali diartikan sebagai suatu kontemplasi dan dialog antara hidup dan mati serta berlalunya waktu yang menjadi saksi dialog tersebut. The Consummation of Empire 1836 & Analisisnya Lukisan tersebut merupakan salah satu rangkaian dari lima lukisan yang berjudul The Course of Empire yang dipesan oleh Lyman Reed. Masing-masing lukisan yang ada di dalam seri ini menyajikan lanskap yang sama pada tahap yang berbeda dari mulai kebangkitan sampai kejatuhan peradaban imajiner tersebut. Semua seni tersebut dimaksudkan sebagai sebuah peringatan mengenai ambisi kekaisaran yang terlalu berlebihan. Lukisan yang satu ini menyajikan kekaisaran yang berada di puncak kekuasaannya lengah dan terbius akan ambisinya sendiri yang justru membuat kehancuran kota. Amerika baru saja membebaskan dirinya dari Kerajaan Inggris saat lukisan ini dibuat. Cole ingin memperingatkan bahwa negara yang baru tidak boleh jatuh ke lubang yang sama dengan pendahulunya di Eropa. Tak hanya itu saja, seri ini sepertinya mengekspresikan kecemasan Cole terhadap ancaman perambahan industri dan ekspansi urban ke lanskap Amerika yang berkembang begitu pesat hingga menghiraukan alam yang ada di sekitarnya. 3. William Bliss Baker William Bliss Baker merupakan seorang seniman yang berasal dari Amerika Serikat. Baker mengawali pendidikan seninya di National Academy of Design di tahun 1876. Ia merupakan seniman berbakat yang sukses menggelar banyak pameran bahkan saat Ia masih menjadi mahasiswa. Hal itu terjadi karena Baker sudah mahir dalam melukis jauh sebelum Ia mengambil jurusan seni. Baker juga banyak memenangkan penghargaan seperti Hallgarten dan Elliot yang merupakan sebuah penghargaan berkelas di zamannya. Bisa dikatakan, Baker adalah seniman Naturalisme yang memiliki kemampuan teknis yang paling hebat di aliran ini. Dimana teknik melukisnya sangat akurat dan telah menginspirasi banyak kelahiran aliran baru yang kemudian diilhami oleh aliran Naturalisme. Baik itu para pelaku aliran foto-realisme di zaman modern, sampai para hiper-realisme di era kontemporer seperti sekarang. Lukisan Naturalisme William Bliss Baker Berikut ini adalah beberapa contoh lukisan karya William Bliss Baker Fallen Monarchs 1886 dan Analisisnya Lukisan yang satu ini menyajikan tentang dua pohon yang tumbang dan kontras dengan pohon yang baru tumbuh menghiasi hutan tersebut. Cahaya yang tembus ke ranting dan juga dahan pohon memberikan kesan spiritual dan imaji harapan di dalam karya tersebut. Ini merupakan salah satu contoh tata ungkap yang berhasil diberikan walaupun seniman secara objektif hanya menyajikan alam ke dalam sebuah lukisan. Fallen Monarchs disebut sebagai salah satu mahakarya dari Bliss Baker. Padahal kenyataannya, karya ini adalah lukisan yang dihasilkan di awal karirnya. Keakuratan di dalam penggambaran pemandangan di lukisan tersebut mengalahkan hasil foto yang bisa diambil di zamannya. Berbeda dengan aliran yang lain, dimana mereka menghindari kemampuan utama fotografi, Baker justru menaklukkan teknologi tersebut dengan menggunakan sapuan kuasnya. 4. Abdullah Suriosubroto Abdullah Suriosubroto diyakini sebagai pelukis atau seniman Indonesia generasi pertama yang sudah memperoleh reputasi internasional pada abad ke-20, setelah sebelumnya Raden Saleh mendapatkannya pada abad ke-19. Ia merupakan anak dari salah satu tokoh pergerakan nasional yang bernama Dr. Wahidin Sudirohusodo. Abdullah Suriosubroto sempat mengenyam pendidikan kedokteran di Belanda. Akan tetapi Ia lebih memilih untuk menjadi seorang pelukis. Ia merupakan ayah dari pelukis Basoeki Abdullah dan seniman patung yang bernama Trijoto Abdullah. Lukisan Naturalisme Abdullah Suriosubroto Berikut ini adalah contoh lukisan karya Abdullah Suriosubroto Pemandangan Gunung 1935 Lukisan pemandangan di atas merupakan cikal bakal dari lukisan klasik yang ada di Indonesia. Dimana lukisan tersebut nantinya akan mempengaruhi seluruh pelukis naturalis dalam melukis sebuah pemandangan lokal. Pemandangan Indonesia yang memiliki ciri khas adanya gunung biru di belakang hamparan sawah dan diapit oleh bukit hutan. 5. Basuki Abdullah Basuki Abdullah merupakan putra dari Abdullah Suriosubroto. Ia juga ikut memberikan pengaruh yang besar di dunia seni rupa Indonesia. Sejak kecil, Basuki Abdullah sudah mulai suka dengan dunia seni. Kemudian Ia memperoleh pendidikan formal seni di Akademi Seni Rupa, Academie Voor Beeldende Kunsten, di Den Haag, Belanda. Lukisan Naturalisme Basuki Abdullah Pantai Flores 1942 ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Source Aliran naturalisme dalam pendidikan merupakan salah satu konsep pembelajaran yang mengakui pentingnya lingkungan alam sebagai media belajar yang efektif bagi anak-anak. Konsep ini menganggap bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika dibawa ke lingkungan alam dan dibiarkan untuk berinteraksi dengan alam. Oleh karena itu, aliran naturalisme mengusung konsep belajar dari alam, belajar sambil bermain, dan pengalaman langsung. Pendekatan aliran naturalisme mencoba untuk mengintegrasikan pemikiran tentang pembelajaran dengan lingkungan alam. Pada saat yang sama, konsep ini juga mengajarkan anak-anak untuk memperhatikan, menghargai, dan menjaga alam semesta. Naturalisme mendefinisikan lingkungan dan pengalaman alam sebagai sumber pembelajaran utama. Dalam aliran naturalisme, lingkungan alam menjadi lingkungan pembelajaran yang paling ideal. Gayung bersambut, anak-anak juga lebih memilih untuk belajar dan bermain di luar ruangan daripada di dalam ruangan. Lingkungan luar menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan aktivitas yang sehat, seperti berlari, menari, bermain bola, dan sebagainya. Alasan mengapa aliran naturalisme menjadi populer di Indonesia karena Indonesia sendiri adalah negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Negara ini memiliki banyak sekali satwa dan tumbuhan endemik yang tidak ditemukan di tempat lain. Oleh karena itu, orang Indonesia mungkin merasa bahwa sangat penting untuk mengenalkan anak-anak dengan keindahan alam di tanah air mereka melalui pendidikan. Di Indonesia, implementasi aliran naturalisme dalam pendidikan dapat ditemukan dalam kurikulum sekolah, kegiatan kelas luar, dan kegiatan belajar mengajar yang diselaraskan dengan karakteristik lingkungan yang ada. Anak-anak diajarkan tentang lingkungan alam dan bagaimana mereka harus merawatnya. Dalam kegiatan kelas luar, anak-anak juga diajak untuk berinteraksi dengan alam dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan alam. Pada saat yang sama, dapat mengembangkan rasa senang dalam diri anak-anak sedari kecil. Alasan lain mengapa aliran naturalisme menjadi populer di Indonesia karena lewat konsep ini, anak-anak dapat melihat keindahan alam Indonesia dan lebih peduli terhadap lingkungan, jadi mereka bisa menjadi generasi penerus yang peduli terhadap lingkungan. Selain itu, konsep ini juga meningkatkan kemampuan motorik anak-anak. Sehingga sambil belajar mereka juga dapat bermain dan beraktivitas. Implementasi aliran naturalisme dalam pendidikan memberikan manfaat yang cukup banyak. Anak-anak dapat belajar lebih baik di lingkungan yang sehat dan merasa lebih bahagia ketika mereka sedang berada di lingkungan alam. Lingkungan yang merangsang juga dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak-anak, sambil tetap memberi mereka kesempatan untuk mempelajari dasar-dasar akademik. Dalam hal ini, aliran naturalisme menjadi solusi alternatif yang sangat efektif dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak. Alasan lain mengapa aliran naturalisme menjadi populer di Indonesia adalah karena kurikulum pendidikan di Indonesia semakin berkembang dan mengalami perubahan. Ada banyak pendekatan terbaru dalam pendidikan yang sedang diadopsi di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri. Seiring dengan itu, semakin banyak sekolah dan organisasi pendidikan yang beralih ke aliran naturalisme. Inovasi ini dinilai sebagai cara yang lebih efektif dan menyenangkan untuk belajar dan mengajar, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan latar belakang pengalaman pelajar. Aliran naturalisme dalam pendidikan memungkinkan anak-anak untuk merasakan alam dan memperluas wawasan mereka. Dengan mempelajari sedikit dari alam, anak-anak diharapkan dapat belajar bagaimana merawat planet kita dan segala isinya. Oleh karena itu, semakin banyak organisasi dan layanan pendidikan yang memilih aliran naturalisme sebagai metode utama pembelajaran, semakin banyak juga anak-anak Indonesia yang dapat tumbuh cerdas dan peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Semoga hal ini akan merangsang pertumbuhan kesadaran lingkungan di kalangan pemuda Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara yang lebih peduli lingkungan di masa depan. Sejarah Perkembangan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan merupakan suatu pandangan filosofis yang mengaitkan antara manusia dan alam sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aliran ini percaya bahwa manusia adalah makhluk alami yang baik dan mengasah kemampuan manusia sebagaimana sifat alaminya. Naturalisme tidak hanya dalam pendidikan tetapi juga dianut dalam seni dan sastra. Perkembangan aliran Naturalisme dalam pendidikan di Indonesia berawal pada zaman penjajahan Belanda. Berbagai pemikir dan tokoh pendidikan terkenal seperti Ki Hajar Dewantara dan Soetomo adalah beberapa sosok intelektual yang turut memasyarakatkan aliran naturalisme dalam proses pembelajaran. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Pendidikan yang dijalankan di Taman Siswa menekankan pada keseluruhan individu. Pendidikan di sini luluh lantak tidak sekadar pembelajaran materi tetapi juga pengembangan karakter dan keterampilan siswa. Para siswa diasuh dan menerima fasilitas pendidikan yang memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia seperti kesehatan, hygiene, dan keamanan. Semua hal tersebut diarahkan kepada tujuan terpenting yaitu pengembangan pribadi siswa yang utuh dari segi kognitif, psikis, dan sosial. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aliran naturalisme diimplementasikan dalam pembelajaran. Sekolah-sekolah mengadopsi metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik di dalam aktifitas pembelajaran sehingga mereka dapat mempelajari dan memahami materi melaui pengalaman langsung atau “learning by doing. Dalam konteks pendidikan, naturalisme sangat penting karena memperlihatkan bahwa lingkungan di sekitar kita memiliki pengaruh besar pada pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru sebagai fasilitator atau penggerak siswa dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip aliran naturalisme menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan peran guru adalah sebagai pembimbing yang membantu siswa dalam mengeksplorasi minat mereka dan menemukan jati diri mereka. Naturalisme mendorong pengembangan superioritas siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, proses belajar akan lebih bermakna jika siswa diberikan kesempatan untuk belajar dan bertindak secara mandiri dan diperkenankan mengeksplorasi potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai pengarah serta fasilitator dalam proses belajar. Pendidikan yang digerakkan oleh aliran naturalisme cenderung berorientasi pada kemanusiaan yang ditunjukan kepada keunggulan hilir-mudik holistik. Modernisasi yang sudah dalam kondisi globalisasi dapat membawa ke arah kehancuran, dan hanya dengan fondasi pembelajaran yang berbasis manusia baru dapat membawa Indonesia pada jalur pembangunan yang benar. Aliran naturalisme juga merujuk pada keberadaan manusia sebagai bagian dari lingkungan hidup. Oleh karena itu, aliran ini mengajarkan mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam. Pembelajaran lingkungan mulai diperkenalkan sehingga siswa dapat memahami pentingnya menjaga kelestarian alam dan bumi. Akhirnya, aliran naturalisme dalam pendidikan adalah sebuah pandangan yang penting terutama dalam membangun sumber daya manusia berkualitas dan juga dalam membangun negara Indonesia yang produktif dan mandiri dalam kaitannya dengan melihat konteks yang ada saat ini. Sejarah perkembangannya yang panjang dan pemikir-pemikir terkenal di Indonesia telah menghasilkan sistem pendidikan yang inklusif dan berfokus pada pengembangan siswa yang utuh dari segi kognitif, psikis, dan sosial. Prinsip-Prinsip Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia merupakan salah satu pendekatan yang muncul pada awal perkembangan pendidikan modern. Menurut aliran ini, pendidikan seharusnya lebih fokus pada anak dan mengarahkan mereka untuk mengeksplorasi dunia nyata dan belajar dari pengalaman langsung. Berikut adalah prinsip-prinsip utama aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia 1. Menghargai Keunikan Anak Prinsip pertama aliran naturalisme adalah menghargai keunikan anak. Setiap anak memiliki bakat, minat, dan kecerdasan yang berbeda-beda, oleh karena itu, guru seharusnya memahami karakter masing-masing anak dan menghormati keunikan mereka. Hal ini dibutuhkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki tanpa merasa terkekang oleh aturan atau standar tertentu. 2. Mengembangkan Pembelajaran yang Personalized Prinsip kedua aliran naturalisme adalah mengembangkan pembelajaran yang personalized. Dalam konteks pendidikan modern, personalized learning telah menjadi trend dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa. Hal ini juga menjadi fokus utama bagi aliran naturalisme. Guru seharusnya memahami bahwa setiap anak belajar dengan cara yang berbeda, oleh karena itu, pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyesuaikan gaya belajar masing-masing siswa. 3. Mengutamakan Pengalaman Nyata sebagai Sumber Pembelajaran Prinsip ketiga aliran naturalisme adalah mengutamakan pengalaman nyata sebagai sumber pembelajaran. Dalam praktiknya, hal ini berarti guru harus menggunakan konteks dunia nyata sebagai sumber belajar. Ketika anak belajar tentang mata pelajaran matematika, mereka tidak hanya belajar dari buku atau kertas, namun juga belajar bagaimana menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengalaman langsung juga memberikan kesempatan pada anak untuk memahami secara lebih dalam konsep-konsep yang mereka pelajari. Dalam mengaplikasikan prinsip ini, guru harus membuka ruang yang cukup bagi anak untuk mengeksplorasi dunia nyata. Guru seharusnya berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai sang pengontrol yang hanya memberikan instruksi dari luar. Anak harus diberi kesempatan untuk mencari sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka miliki dan memecahkan masalah dengan alat yang tersedia di sekitar mereka. Dalam hal ini, aliran naturalisme mengajarkan pentingnya pengalaman langsung untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. 4. Mendorong Kreativitas dan Inovasi Prinsip terakhir aliran naturalisme adalah mendorong kreativitas dan inovasi. Dalam aliran naturalisme, anak ditanamkan kepercayaan bahwa mereka dapat menjadi orang yang kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah atau menciptakan sesuatu yang baru. Guru seharusnya memberikan kebebasan dan ruang bagi anak untuk bereksplorasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Dalam hal ini, aliran naturalisme sangat cocok dikembangkan pada anak usia dini yang sangat menggemari kegiatan ekspresi diri seperti menggambar, mewarnai, dan membangun sesuatu dengan bahan-bahan yang ada disekitar. Secara umum, prinsip-prinsip aliran naturalisme sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Hal ini dibutuhkan karena setiap anak memiliki keunikan yang harus dihargai dan perkembangan mereka seharusnya didukung. Dalam hal ini, guru seharusnya menjadi fasilitator dan anak harus diberikan kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya. Dengan demikian, aliran naturalisme akan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Kelemahan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme merupakan salah satu aliran pendidikan yang menjunjung tinggi kebebasan anak untuk berkembang sesuai dengan alaminya. Namun, seperti halnya aliran pendidikan lainnya, aliran naturalisme memiliki kelemahan-kelemahan yang harus diketahui oleh pendidik dalam mengaplikasikan pendidikan ini di Indonesia. 1. Tidak Ada Standar Pendidikan yang Jelas Salah satu kelemahan aliran naturalisme adalah tidak adanya standar yang jelas dalam memberikan pendidikan kepada anak. Sebagai pendidik, kita harus memahami bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus mampu memahami secara mendalam karakteristik dan kemampuan anak yang diajarinya dan membuat standar pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik anak tersebut. 2. Cenderung Menyepelekan Disiplin Aliran naturalisme cenderung menyepelekan disiplin dalam memberikan pendidikan pada anak. Masalah ini seringkali memberikan dampak buruk, karena anak menjadi tidak terarah dan cenderung mengikuti kehendak pribadinya. Sebagai pendidik, disiplin harus diterapkan untuk membentuk karakter baik pada anak dan memberikan struktur pada kehidupannya. 3. Kurang Efektif untuk Menyiapkan Anak Menghadapi Dunia Kerja Aliran naturalisme cenderung fokus pada pengembangan kreativitas dan kebebasan anak. Meskipun hal-hal tersebut penting, sebagai pendidik juga perlu memperhatikan persiapan anak menghadapi dunia kerja. Pengembangan keterampilan yang berguna dalam mendukung karir di masa depan juga harus menjadi perhatian dalam memberikan pendidikan pada anak. 4. Kurangnya Perhatian pada Peningkatan Kognitif Anak Salah satu kelemahan aliran naturalisme dalam pendidikan adalah kurangnya perhatian pada peningkatan kognitif anak. Anak-anak yang mendapat pendidikan dengan aliran naturalisme cenderung mengalami kesulitan dalam berpikir rasional dalam mengambil keputusan. Sebagai pendidik, kita harus mampu mengenali kelemahan ini dan berusaha meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan memberikan pendidikan yang baik dan terarah. 5. Sangat Bergantung pada Individu Aliran naturalisme dalam pendidikan juga sangat bergantung pada individu, baik itu anak atau pendidik. Anak memiliki kebebasan dalam mengembangkan dirinya, namun jika tidak dibimbing dengan baik, anak bisa terjerumus pada hal-hal yang salah dan merugikan. Sebagai pendidik, kita harus mampu memantau perkembangan anak yang diajar dan memberikan arahan yang benar. Kesimpulannya, aliran naturalisme dalam pendidikan memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diperhatikan oleh para pendidik. Meskipun aliran naturalisme dapat memberikan kebebasan dan kreativitas pada anak, aliran ini juga dibutuhkan keteraturan dan disiplin dalam memberikan pendidikan yang baik dan efektif bagi anak di Indonesia. Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Pendidikan di Indonesia selalu berubah dalam merespon kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Salah satu aliran pendidikan yang populer adalah aliran naturalisme. Naturalisme adalah pandangan yang mengutamakan alam sebagai dasar pemikiran. Dalam konteks pendidikan, aliran naturalisme menekankan pada pengalaman diri sendiri sebagai bentuk belajar yang efektif. Pengenalan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Aliran naturalisme dalam pendidikan muncul pertama kali pada abad ke-17 di Eropa. Pemikir-pemikir seperti Jean-Jacques Rousseau dan John Dewey menjadi pemimpin aliran ini. Saat ini, naturalisme dalam pendidikan mulai diterapkan di Indonesia. Tujuan utama aliran ini adalah membantu siswa untuk menjadi individu yang mandiri, kritis, dan bebas dalam memilih jalan hidupnya. Karakteristik Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Sesuai namanya, aliran naturalisme dalam pendidikan menekankan pada pengalaman alami atau natural dalam proses belajar siswa. Guru harus menyajikan materi pelajaran dengan cara yang menarik dan menyenangkan agar siswa lebih mudah memahami. Selain itu, pendidikan naturalisme mengajarkan siswa untuk mandiri. Siswa diharapkan bisa mengambil tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, tanpa bergantung pada guru atau orang lain. Aliran naturalisme dalam pendidikan juga menekankan pada proses belajar yang kontekstual. Artinya, proses belajar harus dihubungkan dengan situasi yang ada di sekitar siswa, baik itu lingkungan, budaya, maupun organisasi sosial. Pendidikan naturalisme juga harus relevan dengan kehidupan nyata siswa. Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Sudah banyak sekolah di Indonesia yang menerapkan aliran naturalisme dalam pendidikan. Sejumlah sekolah internasional, seperti Singapore School dan Semarang Independent School, mengadopsi aliran ini dalam kurikulum mereka. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi juga sudah menerapkan aliran naturalisme dalam pendidikan. Universitas Ciputra Surabaya, Misro University, dan Telkom University adalah beberapa contohnya. Salah satu bentuk penerapan aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia adalah pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan proyek yang mereka sukai dan tertarik. Hal ini membantu siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan menjadi lebih mandiri karena tanggung jawab terhadap proyek tersebut ada pada siswa. Selain itu, aliran naturalisme juga menerapkan pendekatan belajar dengan bermain. Siswa diajak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Keuntungan dari Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Penerapan aliran naturalisme dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan bagi siswa. Pertama, siswa dapat mengembangkan kemampuan kritis dan mandiri. Siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi mereka juga diajarkan untuk berpikir dan mengevaluasi sesuatu dengan mandiri. Kedua, siswa menjadi lebih sadar dengan konteks lingkungan dan budaya di sekitarnya. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dapat memahami bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata. Ketiga, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga aktif dalam mencari informasi dan mengekspresikannya. Penutup Aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia semakin populer. Penerapan aliran ini dapat membantu siswa menjadi mandiri, kritis, dan sadar dengan konteks lingkungan mereka. Sudah ada banyak sekolah dan perguruan tinggi yang menerapkan pendidikan naturalisme, dan ini memberikan banyak manfaat untuk siswa. Namun, sebagai siswa atau orang tua, kita juga perlu memperhatikan pentingnya nilai-nilai tradisional dalam pendidikan kita. Aliran naturalisme tidak boleh mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya Indonesia yang sudah turun temurun. Contoh Aliran Naturalisme Dalam PendidikanContoh Aliran Naturalisme Dalam Pendidikan, pendekatan aliran naturalisme dalam pendidikan telah menjadi topik yang semakin menarik perhatian di Indonesia. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang yang menyadari bahwa konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengalaman langsung dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada pembelajaran yang berpusat pada guru dan teori blog post ini, kami akan membahas tentang contoh aliran naturalisme dalam pendidikan. Kami akan menjelaskan secara rinci mengenai pengertian naturalisme dalam pendidikan, tokoh-tokoh yang mempengaruhi aliran naturalisme, metode pengajaran yang digunakan dalam naturalisme, implementasi naturalisme dalam pendidikan di Indonesia, serta FAQ yang sering ditanyakan terkait dengan naturalisme dalam blog post ini, kami berharap pembaca dapat memahami dengan lebih baik tentang pendekatan aliran naturalisme dalam pendidikan dan bagaimana penerapannya di Indonesia. Semoga blog post ini dapat memberikan wawasan baru dan inspirasi bagi pembaca yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di Aliran Naturalisme dalam PendidikanNaturalisme dalam pendidikan merupakan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pengalaman langsung dalam proses belajar-mengajar. Menurut aliran ini, pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada pengetahuan teoritis, tetapi juga harus melibatkan pengalaman nyata yang dapat membantu siswa memahami konsep secara lebih dalam pendidikan juga menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri melalui eksplorasi dan pengalaman aliran naturalisme, proses pembelajaran diintegrasikan dengan pengalaman hidup siswa, sehingga siswa dapat belajar melalui pengalaman dan lingkungan sekitar mereka. Konsep ini diyakini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar naturalisme dalam pendidikan juga menolak konsep pembelajaran yang hanya didasarkan pada standar-standar akademik yang sudah ditetapkan. Sebaliknya, pendekatan ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri, sehingga mereka dapat membangun minat dan bakat mereka sendiri dan memilih jalur karir yang sesuai dengan minat mereka di masa Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan memiliki beberapa tokoh penting yang dianggap sebagai pelopor dan pengembang teori dan praktik pendidikan Dewey Merupakan tokoh pendidikan terkemuka yang dianggap sebagai pelopor aliran naturalisme. Dewey berpendapat bahwa pembelajaran harus berpusat pada pengalaman langsung dan nyata, sehingga siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi dan pengalaman langsung. Dewey juga menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman sosial dan interaksi antara siswa dan lingkungan Montessori Seorang dokter Italia yang dianggap sebagai pelopor pendekatan Montessori dalam pendidikan. Montessori menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengalaman langsung, dengan memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan belajar sesuai dengan minat mereka Steiner Seorang filosof dan pendidik Austria yang menciptakan pendekatan Waldorf dalam pendidikan. Steiner menekankan pada pentingnya pengalaman praktis dan seni dalam pendidikan, sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar Rousseau Seorang filsuf dan penulis asal Prancis yang dianggap sebagai tokoh penting dalam aliran naturalisme. Rousseau menekankan pada pentingnya pengalaman langsung dan kebebasan bagi siswa dalam belajar, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat dan minat mereka Vygotsky Seorang psikolog Rusia yang menciptakan teori Zona Proximal Pembelajaran. Vygotsky menekankan pada pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran, dengan memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa untuk membantu mereka mencapai potensi maksimal Pengajaran dalam Aliran Naturalisme Metode Pengajaran dalam Aliran Naturalisme Dalam aliran naturalisme, metode pengajaran yang digunakan cenderung lebih menekankan pada pengalaman langsung atau experiential learning. Hal ini mengacu pada pandangan bahwa pengetahuan dan keterampilan sebaiknya diperoleh melalui pengalaman alamiah dan kehidupan sehari-hari, bukan hanya melalui pembelajaran teoretis di dalam metode pengajaran yang umum digunakan dalam aliran naturalisme adalahObservasi Siswa diajak untuk mengamati lingkungan sekitar dan mempelajari fenomena alam secara Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan dan menemukan jawaban sendiri melalui pengalaman Lapangan Siswa dibawa ke luar kelas untuk mengalami dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran yang Kelompok Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pemahaman mereka dengan teman Berbasis Proyek Siswa diberikan tugas untuk menyelesaikan proyek yang berkaitan dengan topik yang menggunakan metode pengajaran yang lebih naturalis, siswa diharapkan dapat lebih memahami materi yang dipelajari dan juga memperoleh keterampilan yang lebih baik dalam mengamati, menemukan, dan menganalisis fenomena di Aliran Naturalisme dalam PendidikanImplementasi Aliran Naturalisme dalam PendidikanImplementasi aliran naturalisme dalam pendidikan melibatkan beberapa aspek, antara lainKurikulum Kurikulum yang diadopsi dalam aliran naturalisme biasanya lebih terbuka dan fleksibel, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi topik yang menarik bagi mereka. Kurikulum juga menekankan pada pengalaman langsung dan interaktif dalam mempelajari Evaluasi dalam aliran naturalisme dilakukan melalui berbagai cara, seperti observasi, tugas praktis, dan proyek. Tujuannya adalah untuk menilai pemahaman dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan tugas atau proyek yang Belajar Lingkungan belajar dalam aliran naturalisme cenderung lebih santai dan alami, seperti taman atau laboratorium alam terbuka. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan Guru Peran guru dalam aliran naturalisme adalah sebagai fasilitator dan pembimbing, bukan sebagai sumber pengetahuan yang mutlak. Guru membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan Teknologi Teknologi dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran dalam aliran naturalisme, seperti menggunakan aplikasi yang memungkinkan siswa untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam secara mengimplementasikan aliran naturalisme dalam pendidikan, diharapkan siswa dapat lebih memahami konsep dan keterampilan yang dipelajari, serta memiliki kemampuan untuk mengamati, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan Apa yang dimaksud dengan aliran naturalisme dalam pendidikan?A Aliran naturalisme dalam pendidikan adalah suatu pandangan bahwa pendidikan harus didasarkan pada pengalaman alamiah dan kehidupan sehari-hari, bukan hanya berfokus pada akademis dan kognitif Siapa saja tokoh-tokoh yang terkait dengan aliran naturalisme dalam pendidikan?A Beberapa tokoh yang terkait dengan aliran naturalisme dalam pendidikan antara lain John Dewey, Johann Heinrich Pestalozzi, dan Jean-Jacques Apa saja metode pengajaran yang diterapkan dalam aliran naturalisme?A Metode pengajaran dalam aliran naturalisme meliputi pembelajaran yang berbasis pada pengalaman, eksperimen, dan interaksi antara siswa dengan alam dan lingkungan Bagaimana cara implementasi aliran naturalisme dalam pendidikan di dunia nyata?A Implementasi aliran naturalisme dapat dilakukan dengan mengadopsi metode pengajaran yang melibatkan pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungan sekitar, serta menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam pembelajaran. Ini dapat diwujudkan melalui program-program pembelajaran yang mengarah pada praktikum, pengamatan langsung, dan diskusi pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran naturalisme dalam pendidikan menekankan pada pentingnya pengalaman alamiah dan kehidupan sehari-hari sebagai dasar pembelajaran. Tokoh-tokoh seperti John Dewey, Johann Heinrich Pestalozzi, dan Jean-Jacques Rousseau memainkan peran penting dalam perkembangan aliran naturalisme ini. Metode pengajaran yang diterapkan dalam aliran naturalisme mencakup pengalaman langsung, eksperimen, dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Untuk menerapkan aliran naturalisme dalam dunia nyata, perlu adanya penggunaan metode pengajaran yang berbasis praktikum, pengamatan langsung, dan diskusi kelompok. Diharapkan bahwa penerapan aliran naturalisme dalam pendidikan dapat membantu siswa memahami dan mengalami materi pelajaran secara lebih mendalam serta mengembangkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah secara kreatif dan Juga Mendidik dengan Seni Contoh Tembang Sinom Tema PendidikanSumber ReferensiBerikut adalah beberapa sumber referensi yang dapat dijadikan acuan untuk lebih memahami tentang aliran naturalisme dalam pendidikanDewey, J. 1916. Democracy and Education An Introduction to the Philosophy of Education. New York J. J. 1762. Emile, or On Education. London Penguin J. H. 1803. How Gertrude Teaches Her Children. London Dent & G. L. 1995. A History of Western Educational Ideas. New York H. H. 1983. Fundamental Concepts of Language Teaching. Oxford Oxford University Press. Naturalisme adalah aliran seni yang mengutamakan keakuratan dan kemiripan objek yang dilukis agar tampak natural dan realistis seperti referensinya yang terdapat di alam. Naturalisme adalah bentuk apresiasi Seniman pada keindahan alam. Biasanya seniman mengangkat tema keindahan pemandangan di sekitar, seperti yang terjadi pada pergerakan mooi indie di Indonesia atau Hindia Belanda tepatnya pada masa itu. Seniman terkadang memilih setting cahaya yang lebih dramatis pada saat sebelum terbit atau tenggelamnya matahari, untuk mendapatkan pencahayaan golden hours. Pemilihan cahaya dramatis seperti itu adalah salah satu ciri Romantisisme yang diberontak oleh aliran Naturalisme. Naturalisme menganggap dalam pencahayaan yang tidak dramatis seperti itu pun keindahan alam tetap dapat digambarkan. Aliran naturalisme adalah salah satu contoh bagaiman sebuah Aliran juga dapat didefinisikan berabad-abad setelah pergerakan awalnya muncul. Karena meskipun pergerakan naturalisme adalah wujud pengembangan dari realisme serta melawan romantisisme, prototype-nya sudah ada dari abad ke 17-an. Pada 1820-an, bentuk awal Naturalisme sudah menjadi tren dominan dalam lukisan pemandangan, sebagian besar karena pengaruh seniman Inggris John Constable. Selama periode ini, kelompok dan sekolah seniman untuk masyarakat sudah didirikan di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa sekolah itu adalah Akademi Norwich di Inggris timur, Akademi Hudson River di New York State, dan Akademi Barbizon di Prancis tengah, yang mempengaruhi seluruh Eropa. Perbedaan Naturalisme dan Realisme Pengertian naturalisme sering tertukar dengan aliran realisme, padahal sebetulnya cukup mudah untuk membedakannya. Aliran realisme mengangkat tema yang realistis, gambar pada lukisan tidak harus selalu mirip dengan referensinya. Justru Naturalisme-lah yang mengutamkan kemiripan gambar yang dilukiskan sesuai dengan referensinya di alam. Meskipun realisme juga dapat memanfaatkan kemiripan tersebut untuk membuat gagasan dan tema yang lebih realistis. Untuk lebih jelasnya, kita juga dapat mempelajari seperti apa sebetulnya aliran realisme. Pemaparan mengenai aliran realisme dapat disimak pada tautan di bawah ini. Realisme Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya & Analisis Sastra Naturalisme Sedikit berbeda dengan istilah naturalisme yang sering digunakan pada seni rupa, di dunia sastra naturalisme berarti prosa fiksi yang lebih radikal dari cerita realisme. Artinya sastra aliran naturalisme akan menceritakan dengan gamblang kenyataan yang sering terjadi sehari-hari tanpa menyensor adegan atau dialog yang kontroversial. Tentunya hal itu dilakukan selama adegan kontroversial itu tetap pada tujuannya. Naturalisme pada seni rupa dapat menjadi istilah yang digunakan untuk menyatakan “kemiripan dengan alam”, gambar yang sangat mirip dengan referensinya dapat disebut natural, di luar konteks aliran Naturalisme. Sementara pada dunia sastra Naturalisme biasa ditulis dengan huruf “N” besar untuk menyatakan bahwa naturalisme di sana adalah istilah spesifik untuk suatu aliran, bukan istilah natural untuk konteks apa saja. Ciri-Ciri Aliran Naturalisme Membedakan aliran naturalisme dari aliran lainnya dapat dikatakan tidak cukup mudah, apalagi jika dibandingkan dengan realisme. Namun kita dapat berpegang pada beberapa ciri-cirinya yang meliputi beberapa poin di bawah ini. Mengutamakan kemiripan gambar pada lukisan dengan objek yang dilukis sesuai dengan referensi. Teknik dan kepiawaian seniman menjadi senjata utama. Membawakan tema-tema lukisan yang indah namun berdasarkan kemurniannya. Naturalisme adalah bentuk apresiasi seniman terhadap keindahan alam. Mengangkat tema keindahan pemandangan di sekitar seniman. Melukiskan kecantikan atau ketampanan potret manusia apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan. Tokoh penting & Contoh Lukisan Naturalisme Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, aliran ini merupakan salah satu contoh aliran yang dicetuskan lama setelah kemunculannya. Oleh karena itu, tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangannya pun akan memiliki gap antartahun yang cukup besar. Berikut adalah beberapa seniman yang menjadi tokoh penting dalam perkembangan aliran naturalisme. 1. John Constable John Constable adalah seniman asal Inggris yang dianggap sebagai salah atu tokoh seniman yang paling berpengaruh dalam perkembangan aliran naturalisme. Dia menolak gaya lukisan pemandangan pada masanya. Constable menyatakan bahwa “Kebiasaan pelukis hari ini adalah bravura, sebuah upaya untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui kebenaran”. Ia memilih untuk menciptakan cara representasi sendiri yang berdasarkan mentransfer apa yang dilihatnya sejujur mungkin di atas kanvas. Selain itu John memilih untuk melukis apa yang ada di sekitarnya terlebih dahulu. Dalam surat yang ditulis untuk koleganya ia menulis “I should paint my own places best“. Ia juga tertarik pada pergantian cahaya dan awan di alam tanpa membeda-bedakan mana yang lebih indah. Lukisan Naturalisme John Constable Dedham Vale 1816 & Analisisnya Contoh lukisan naturalisme Deadham Vale oleh John ConstableTeknik-teknik Constable belum sepenuhnya tercapai di sini. Karya ini dilukis pada masa mudanya dengan latar belakang politik dan perang di negaranya sedang kisruh. Meskipun begitu lukisan ini telah menunjukkan komitmennya terhadap pengamatan alam yang akurat dan jujur, tampak pada rincian dari pepohonan dan langit sangat mendetail. Mata pengamat diarahkan pada bagian terjauh sungai pemandangan, sepanjang rute sungai ke menara jauh dari gereja Dedham, yang meskipun kecil, membentuk titik fokus yang kuat untuk karya tersebut. Pohon-pohon di kedua sisi kanvas juga membentuk bingkai ke bagian tengah gambar yang menampilkan pemandangan utamanya. Ia menampilkan pemandangan di sekitar rumahnya itu dengan apik, melalu pengelihatan yang estetis tanpa melebih-lebihkannya. Maria Bicknell 1816 & Analisisnya Potret Maria Bicknell oleh John ConstableLukisan ini adalah potret dari tunangan Constable, dilukis sekitar tiga bulan sebelum pernikahan mereka. Potret ini dikatakan sangat mirip dengan wajah Maria Bicknell. Meskipun tingkat kemiripannya akurat, John tidak malu untuk menunjukkan marka sapuan kuasnya dan justru membuat kontras yang indah antara latar belakang dan potret wajah yang berada di depan. Menciptakan keindahan yang tidak ditutup-tutupi, seperti bagaimana bekas sapuan kuasnya ditunjukkan tanpa keraguan. The White Horse 1819 & Analisisnya contoh lukisan naturalisme the white horse oleh john constableDalam lukisan ini Constable menggambarkan adegan kehidupan pedesaan yang wajar. Tidak menerapkan emosi atau ekspresi, mengasihani atau merayakan kehidupan kerja orang-orang yang dilukisnya. Ia hanya mempresentasikannya apa yang telah ia lihat. Constable menunjukkan para pria yang melanjutkan cara hidup yang telah mereka jalani selama berabad-abad, meskipun ancaman industrialisasi semakin meningkat. 2. Thomas Cole Lahir di area industri Inggris, Cole pindah ke Amerika Serikat semasa mudanya, dan sejak saat itu selalu berusaha untuk menangkap keindahan eksotik dari gurun-gurun yang terdapat di benua Amerika. Lukisan-lukisan Thomas Cole, ikut menjadi monumen untuk berbagai harapan dan kecemasan bangsa Amerika yang baru tumbuh selama pertengahan abad ke-19. Dia dianggap sebagai seniman pertama yang membawa mata pelukis pemandangan Eropa ke lingkungan Amerika. Tetapi sosok ini juga tetap mengekspresikan pemandangan Amerika yang unik. Lukisan Naturalisme Thomas Cole Lake with Dead Trees Catskill 1825 & Analisisnya contoh lukisan naturalisme Lake with Dead Trees Catskill oleh Cole ThomasLake with Dead Trees menggambarkan pemandangan Pegunungan Catskill di tenggara New York. Di tepi danau yang yang sunyi ini dikelilingi oleh pohon-pohon mati, dan dua ekor rusa yang sedang bergerak kesana kemari. Latar belakang pemandangan di lukis pada saat senja akan tiba. Di balik hutan itu matahari yang akan tenggelam masih menyinarkan cahayanya menembus langit yang berawan. Meskipun karya ini adalah lukisan naturalis yang berfokus pada teknis dan keakuratan menggambar, terdapat arti atau interpretasi yang dapat diproduksi. Lukisan ini sering diartikan sebagai kontemplasi dan dialog antara hidup dan mati, dan berlalunya waktu yang menjadi saksi bisu terhadap dialog tersebut. The Consummation of Empire 1836 & Analisisnya Contoh lukisan naturalisme The Consummation of Empire oleh Thomas ColeLukisan ini adalah salah satu dari rangkaian lima lukisan berjudul The Course of Empire yang dipesan oleh Luman Reed. Setiap lukisan dalam seri ini menggambarkan lanskap yang sama pada tahap yang berbeda dari kebangkitan hingga kejatuhan peradaban imajiner ini. Seluruh seri ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang ambisi Kekaisaran yang berlebihan. Lukisan ini menggambarkan kekaisaran pada puncak kekuasaannya lengah dan terbius dalam ambisinya sendiri yang malah membuat kehancuran kota. Amerika baru saja membebaskan diri dari Kerajaan Inggris ketika lukisan ini dibuat. Ia ingin memperingatkan bahwa negara baru tidak boleh jatuh ke perangkap yang sama dengan pendahulunya di Eropa. Lebih dari itu, seri ini tampaknya mengekspresikan kecemasan Cole tentang ancaman perambahan industri dan ekspansi urban ke lanskap Amerika yang tumbuh dengan begitu pesatnya, sehingga menghiraukan alam di sekitarnya. 3. William Bliss Baker William Bliss Baker adalah seniman yang lahir di Amerika Serikat. Ia mengawali pendidikan seninya di National Academy of Design pada tahun 1876. Baker adalah seniman berbakat yang telah menggelar banyak pameran bahkan ketika ia masih menjalani studinya. Karena Baker sudah mahir melukis jauh sebelum ia memulai pendidikan formalnya. Ia juga memenangkan banyak penghargaan seperti penghargaan Elliot dan Hallgarten yang merupakan penghargaan berkelas pada masanya. Dapat dikatakan juga, William Bliss Baker adalah seniman naturalisme dengan kemampuan teknis yang terhebat pada aliran ini. Teknik melukisnya yang begitu akurat menginspirasi banyak kelahiran aliran baru yang diilhami oleh Aliran naturalisme. Baik para pelakon aliran fotorealisme di zaman modern, hingga para hyper-realisme di era kontemporer sekarang. Baker meninggal di usia muda pada awal usia 27 tahun-nya akibat kecelakaan berseluncur es. Lukisan Naturalisme Thomas Cole Fallen Monarchs 1886 dan Analisisnya Contoh lukisan naturalisme Fallen Monarchs 1886 oleh william bliss bakerLukisan ini menggambarkan dua pohon tumbang, kontras dengan pohon yang baru saja tumbuh menghiasi hutan itu. Cahaya yang menembus ranting dan dahan pohon memberikan suasana spiritual dan imaji harapan pada karya tersebut. Lagi-lagi contoh tata ungkap yang dapat berhasil diberikan meskipun seniman secara objektif hanya mentransfer alam ke dalam lukisan. Fallen monarchs disebut sebagai masterpiece dari Thomas Cole, padahal karya ini merupakan lukisan yang dihasilkan pada awal karirnya. Keakuratan dalam penggambaran pemandangan di lukisan ini mengalahkan hasil foto yang dapat diambil pada zamannya. Berbeda dengan aliran lain yang menghindari kemampuan utama fotografi, Ia berhasil menaklukan teknologi itu langsung melalui sapuan kuasnya. 4. Abdullah Suriosubroto Abdullah Surisubroto disebut sebagai pelukis Indonesia generasi pertama yang telah mendapatkan reputasi internasional pada abad ke 20, setelah Raden Saleh mendahuluinya pada abad ke 19. Ia adalah anak dari tokoh pergerakan nasional, yakni dr. Wahidin Sudirohusodo. Abdullah Suriosubroto disekolahkan pendidikan kedokteran ke Negeri Belanda, namun ia lebih memilih untuk menjadi adalah ayah dari pelukis Basoeki Abdullah dan pematung Trijoto Abdullah. Lukisan Naturalisme Abdullah Suriosubroto Pemandangan Gunung 1935 Lukisan pemandangan ini adalah cikal bakal dari lukisan klasik Indonesia. Lukisan yang akan mempengaruhi seluruh pelukis naturalis dalam menggambarkan pemandangan lokal. Pemandangan Indonesia yang identik dengan gunung biru di belakang hamparan sawah dan diapit oleh bukit hutan tropis. Pemandangan gunung merupakan salah satu lukisan yang menjadi koleksi presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno. 5. Basuki Abdullah Basuki Abdullah adalah putra dari Abdullah Suriosubroto. Ia juga ikut menjadi salah satu pengaruh terbesar di dunia seni rupa Indonesia. Abdullah Sejak dari kecil umur 4 tahun Basuki Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Basuki Abdullah mendapatkan pendidikan formal seni di Akademi Seni Rupa Academie Voor Beldeende Kunsten Den Haag, Belanda. Biografi lengkap, contoh lukisan hingga ke analisis alirannya dapat dibaca disini Basuki Abdullah – Biografi dan Analisis Aliran Karya. Lukisan Naturalisme Basuki Abdullah Pantai Flores 1942 Contoh lukisan naturalis Pantai flores, oleh Basuki AbdullahReferensi To achieve the objectives of learning in the classroom many things are needed, because the process is a complex phenomenon. One of the influences is the educator's understanding of the existence of students. Educators must know the views of various streams of education about students. This paper focuseses on nativism, empiricism, and convergence in understanding students. The flow of nativism holds that the development of students is determined from birth. This stream believes that human development is determined by its defenders. Environmental factors have less influence on children's education and development. Therefore, the results of education are determined by birth-born talent. The flow of empiricism assumes that children born into the world are like white paper. White paper will have patterns and writing that are scratched by the environment. Educators as external factors play a very important role, because educators provide an educational environment for children, and children will receive education as experience. This experience will shape the behavior, attitudes, and character of the child based on the educational goals. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018  243 PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME, DAN KONVERGENSI MUSDALIFAH Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Jl. HM. Yasin Limpo No. 36 Makassar Email gaffarmusdalifah Abstract To achieve the objectives of learning in the classroom many things are needed, because the process is a complex phenomenon. One of the influences is the educator's understanding of the existence of students. Educators must know the views of various streams of education about students. This paper focuseses on nativism, empiricism, and convergence in understanding students. The flow of nativism holds that the development of students is determined from birth. This stream believes that human development is determined by its defenders. Environmental factors have less influence on children's education and development. Therefore, the results of education are determined by birth-born talent. The flow of empiricism assumes that children born into the world are like white paper. White paper will have patterns and writing that are scratched by the environment. Educators as external factors play a very important role, because educators provide an educational environment for children, and children will receive education as experience. This experience will shape the behavior, attitudes, and character of the child based on the educational goals. Keywords Nativism, Empirism, Convergence PENDAHULUAN iantara komponen terpenting dalam pendidikan dalah peserta didik. Dalam perspektif pendidikan, peserta didik merupakan subyek dan obyek. Oleh karena aktivitas kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik didalamnya. Pengertian yang utuh tentang konsep pserta didik merupakan salah satu fakor yang perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak khususnya yang terlibat secara langsung dalam pendidikan. Tanpa pemahaman yang utuh dan kompershensif terhadap peserta didik, sulit rasanya bagi pendidik untuk dapat menghantarkan peserta didiknya dalam tujuan yang diinginkan Nizar, 200247. Tujuan yang diinginkan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses belajar/mengajar. Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang komplek. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Dimana keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasimerupakan suatu hal yang penting diperahtikan. Aspek-aspek teladan mental pendidik atau pengajar berdampak terhadap iklim belajar MUSDALIFAH 244  JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 dan pemikiran peserta didik yang di ciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Dalam paradigm pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi kemampuan dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki Fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan Langgulung, 200379. Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenal hal-hal sebagai berikut 1 Proses pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif. 2 Proses belajar. 3 pembawaan atau bakat. Ketiga hal-hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali peserta didik Syah, 200843. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang peserta didik tersebut mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan seperti ini sebenarnya belum terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan peserta didik dalam menuju cita-cita bahagianya. Adapun mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan peserta didik, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi peserta didik tidak sama. PEMBAHASAN Pandangan Pendidikan terhadap Peserta Didik Sebagaimana pemakalah kemukakan latar belakang diatas, bahwa peserta didik merupakan subyek dan obyek pendidikan. Pendidikan ibarat uang logam, selalu memiliki dua sisi yakni, satu pihak bertugas mengajar pendidik, sedangkan pihak lain tugasnya belajar peserta didik. Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi tersebut, yang memiliki tugas menerima konsep pendidikan Isa, 199479. Melalui paradigma di atas menjelaskan bahwa peserta didik merupakan subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain pendidik untuk membantu mengarahkan mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Sebab potensi itu tidak akan mengalami perkembangan yang optimal tanpa adanya bimbingan pendidik. Karena itu pemahaman terhadap peserta didik sangat perlu untuk diketahui oleh pendidik, karena melalui pemahaman tersebut akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui berbagai aktivitas kependidikan. Karena itu perlu diperjelas beberapa diskripsi tentang hakekat peserta didik dan implikasinya menurut pendidikan Islam, yaitu PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018  245 1. Peserta didik bukan merupakan meniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri 2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensi prioderasi perkembangan dan pertumbuhan 3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi 4. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu differensisasi individual, baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana dia berada. 5. Peserta didik merupakan result dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur rohaniah memiliki dua daya akal dan dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasa daya inteletualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan Ibadah. Menurut penulis istilah daya sesuai dengan penemuan mutakhir daya-daya tersebut adalah kecerdasan intelektual IQ, kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan Spritual SQ 6. Peserta didik adalah manusia memiliki potensi fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis Nizar, 200248-50. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Peserta Didik Adapun mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan peserta didik, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi peserta didik tidak sama. Untuk lebih jelasnya berikut ini pemakalah paparkan aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Aliran Nativisme Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. Ia adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bahwa sejak lahir Syah, 200843. Konon juga dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam Syah, 200843. Karena aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawannya. Aliran ini di dukung pendapatnya oleh aliran naturalisme yang dibidani oleh Rousseau yang berpendapat bahwa segala suci dari tangan Tuhan rusak ditangan manusia Banjari, 200827. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia menjadi jahat dan sebaliknya jika nak memiliki bakat baik, MUSDALIFAH 246  JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Pandangan ini tidak menyimpan dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang tua. Prinsipnya pandangan Nativisme adlah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir kedunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat hederiter serta kemampuan dasar lainnya yang kepastiannya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang sampai hanya pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni music, akan berkembang menjadi seniman music yang mungkin melebihi kemampuan orang tuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya. Coba simak cerita tentang anak manusia yang hidup dibawah asuhan serigala. Ia bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi ia hidup deitengah hutan rimba yang belantara dan ganas, ia tetap hidup dan berkembang atas bantuan air susu serigala sebagai induknya. Serigala itu memberi Crussue makan sesuai selera serigala sampai dewasa. Akhirnya Crussue mempunyai gaya hidup, bicara, ungkapan bahasa, dan watak seperti serigala, padahal ia adalah anak manusia. Kenyataan ini pun membantah teori Nativisme sebab gambaran dalam cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa lingkungan dan didikan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Beberapa ahli biologi dan psikologi berpendapat bahwa peluang bagi para pendidik untuk memperoleh hasil pendidikan amat sedikit, tidak mengatakan tidak ada sama sekali. Boleh dikatakan tidak peluang untuk mendidik anak manusia. Mereka memandang bahwa evolusi anak seluruhnya di tentukan oleh hokum-hukum pewarisan, sifat-sifat dan pembawaan orang tua dan nenek moyang mengalir sepanjang perkembangan, hingga sulit sekali mengubah melalui pendidikan Darajat, dkk, 200851. Psikolog Austria, H. Rohracher mengemukakan “… manusia hanyalah produk dari hokum proses alamiah yang berlangsung sebelum yang bukan buah dari pekerjaan dan bukan pula menurut keinginannya” Darajat, dkk, 200851. LL. Szondi menambahkan lebih jauh bahwa dorongan maupun tingkah laku social dan intelektual ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor yang diturunkan warisan sebagai nasib yang menentukan seseorang Darajat, dkk, 200851. Aliran Empirisme Toko aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabula rasa meja lilin, dengan istilah lain berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong blank Slate/blank tablet Syah, 200844. Yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti tempat putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018  247 lingkungan. Aliran di sokong pendapatnya oleh J. F. Herbert dengan teori psikologi asosiasinya. Ia berpendapat bahwa jiwa manusia adalah kosong sejak dilahirkan baru akan berisi bila alat inderanya telah dapat menangkap sesuatu yang kemudian diteruskan oleh uart sarafnya masuk kedalam kesadaran, yaitu jiwa Syah, 200828. Faktor bawaan dari orang tua faktor turunan tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan sosial, alam, dan budaya. Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan Misalnya suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karna bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan dilingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemaha aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawah anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung. Aliran Konfergensi Tokoh aliran konfergensi adalah Wiliam Stem. Ia seorah tokoh pendidikan jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konferegensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan Emperisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembanga anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan Syah, 200846. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Anak yang membawa pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedaangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkenbangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak. Dengan demikian, aliran konfergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja, Wiliam Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua MUSDALIFAH 248  JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bias ditetapkan. Apakah aliran konfergensi sebagaimana tersebut di atas dapat dijadikan pedoman dalam arti bahwa perkembangan peserta didik pasti bergantung pada pembawaan dan lingkungan pedidikannya? Sampai batad tertentu aliran ini dapat kita terima. Tetapi tidak secara mutlak. Sebab masih ada satu hal yang perlu diperhatikan yakni potensi psikologi tertentu yang juga tersimpan rapi dalam diri setiap peserta didik dan sulit diidentifikasi. Hasil proses perkembangan peserta didik tak dapat dijelaskan dengan menyebutkan pembawaan dan lingkungan. Artinya keberhasilan seoarng peserta didik tidak hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan saja, karna peserta didik tersebut tidak hanya dikembangkan pembawaan dan lingkunganya, tetapi juga oleh didiri peserta didik sendiri. Setiap orang termasuk peserta didik tersebut memiliki potensi yang memungkinkan dirinya yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu aturan atau stimulu lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Alhasil, peserta didik sendiri memiliki potensi psikologis tersendiri untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya dalam konteks lingkungan tertentu. Dari kenyatann tersebut di atas, timbul pertanyaan dalam hal apa faktor pembawaan dan faktor lingkungan lebih menentukan? Dari hasil pengelidikan yang dilakukan oleh para ahli psikologi diperoleh petunjuk sebagai berikut; faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal intelgensi, fisik, reaksi pengindraan, sedangkan faktor lingkungan lebih menentukan dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, dan nilai nilai kejujuran, gembira, sedih dan ketergantungan kepada orang lain sangat dipengaruhi oleh belajar training Darajat, dkk, 2008129. Kadar pengaruh keturuna pembawaan dan lingkungan terhadap peserta didik berbedaa sesuai dengan segi segi pertumbuhan kepribadian peserta didik. Kadar pengaruh kedua faktor ini juga berbedaa sesuai umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi, yakni sebelum terjalinnya hunbungan social dan perkembangan pengalaman. Sebaliknya lpengaruh lingkungan lebih besar pada manusia mulai dewasa, karna hubungan dengan lingkungan alam manusia, serta ruang geraknya sudah semakin luas Darajat, dkk, 200855. Karna itu Zakiah Drajat mengatakan bahwa tugas sekolah ialalh mempersiapkan semua unsur unsur kebudayaan untuk proses ini. Ada tiga hasil integrasi antara individu dengan lingkukngannya, perluasan, perbedaan. Dan penggabungan bahwa bila saja belajar benrlangsung maka yang belajar itu adalah seluruh organism manusia itu Nasution, 200411. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya belajar cerdas, mengemukakan secara singkat para peneliti umumnya menilai perbandingan kedua pengaruh itu secara PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018  249 ”fifti fifti” setengah disebabkan oleh keturunan dan setengahnya lagi oleh lingkungan. Jika IQ anda 20 poin, kira kira 120, 10 poin dari orang tua anda dan 10 poi lagi dari lingkungan Rahmat, 200735. Lanjut beliau tetapi, yang paling penting adalah kecerdasan anda yang dibawah sebagai warisasn hanya anda miliki sebagai potensi. Ibarat rumah pembawaa adalah pondasi, sedangkan lingkungan adalah bangunan rumah. Gerald Edelman, neorology pemenang nobel dan kepala The Neurological Instutute di The cripps clinik, la jolla, California mengemukakan neurology Darwinisme adalah teori yang menjelaskan bahwa otak memang harus plastis lentur, yakni harus berubah ketika lingkungan dan pengalaman berubah. Itulah sebabnya mengapa kita harus menerima pelajaran learn dan juga bias menghilangkan pelajaran anlearn Rahmat, 2007175. Jadi bahwa berbagai penelitian para ahli membuktikan bawaan saja tidak akan bias berkembang dan beruh kecuali ada faktor faktor lain diluar manusia itu sendiri yang mempengaruhinya. Akan tetapi, dalam hal pembawaan yang bersifat rohania sangat suli kita kenali. Banyak orang yang ahli dibidang “X” tetapi anaknya ahli dibidang “Y”. anak ini sudah di usahakan agar membelajari bidang “X” supaya sama dengan orang tuanya, tetapi ia menolak dan menunjukkan kecendrungan bakat “Y” Manusia lahir kedunia, dalam suatu lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam macam kenyataan antara interaksi dengan lingkungan. Pembawaan menentukan batas batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh seseorang peserta didik akan tetapi lingkungan menentukan menjadi seseorang individu dalam kenyataan. Tentang fungsi pembawaan dan lingkungan Hendri G. Garret mengatakan sebagai berikut “jelaslah pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang bertentaangan melainkan saling membutuhkan” Darajat, dkk, 2008128. Lingkungan yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik, tatapi lingkungan yang baik tidak dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. Daerah yang penuh dengan kejahatan dan kesempatan latihan yang kurang, akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Begitu juga lingkungan yang baik tidak dapat menjadikan peserta didik yang lemah pikiran menjadi orang yang pandai atau orang yang tidak berbakat menjadi berbakat. Karna itu ada fakror lain yang perlu diperhatikan oleh pendidik yaitu faktor dari diri peserta didik sendiri yang harus mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, dengan memaksimalkan pembawaan dan pengaruh lingkungan dimana dia berada. Maka akan membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan. Dari aliran-aliran tersebut diatas ada dua aliran ekstrim yaitu pembawaan Nativisme dan lingkungan Empirisme sedang satu yang moderat yaitu penggabungan/kombinasi Konvergensi. MUSDALIFAH 250  JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 Perdebatan mengenai hal ini tidak akan pernah selesai. Karna dikolong langit dan diatas hamparan bumi, tak seorang pun yang bias memilih sebagai apakah ia akan dilahirkan. Termasuk juga memilih sebagai keturunan, suku, ras, bangsa, umat, dan warga Negara mana. Faktor keturuna merupakan sesuatu berpengaruh besar bagi pembawaan seseorang, setiap orang mewarisi gen baik dan buruk dari ayah, ibu, paman, bibi, kakek dan nenek mereka, melalui perpaduan sperma dan opum dari kedua orang tuanya. Berdasarkan hal tersebut, Nabi Bersabda, Hadits ini saya kutip dalam bukunya Rachmat Ramadhani Al-Banjari yang berjudul “membaca kepribadian muslim seperti membaca Al-quran” yang berbunyi; Kawinlah wanita yang baik, sebab sesungguhnya faktor gen keturunan itu kuat pengaruhnya” Ibnu Adiy Banjari, 2008120. Hadis ini menekankan pentingnya bebet, bobot, dan bibit dalam memilih calon isteri atau bapak, karena akan menurunkan tabiat-tabiat, karakter, sifat bawaan kepada anaknya. Begitu juga hanya lingkungan, Rasulullah SAW menekankan dalam sabdanya, “Jauhilah olehmu si cantik yang bearacun! Seorang sahabat bertanya; ya Rasulullah, siapa si cantic yang beracun itu? Rasul menjawab; perempuan yang cantik tetapi berada dalam lingkungan yang buruk” H. P. Daruguthni Banjari, 2008120. Hadis ini mengandung makna bahwa kuatnya lingkungan dalam memberi pengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Oleh sebab itu baik faktor hediritas keturunan maupun faktor lingkungan, keduanya diakui saling mempengaruhi dalam membentuk pribadi, pola pikir, berkeyakinan, berperasaan, berperilaku, bersikap, berpenampilan dan bertindak manusia, hanya tidak ada kata sepakat para ahli mengenai faktor mana yang sangat domina, faktor keturunan atau lingkungan. KESIMPULAN Dalam pendidikan ada tujuan dan untuk mencapai tujuan memerlukan komponen-komponen pendidikan antara lain adalah pendidik dan peserta didik. Peserta didik adalah subyek dan obyek pendidikan, karena itu dalam proses belajar dan pembelajaran, seorang pendidik hendaknya memahami dan mengerti betul secara kompherensif mengenai eksistensi dan potensi peserta didiknya. Jika pemahaman yang kompherenshif oleh pendidik dan peserta didiknya, maka pendidikan akan berlangsung sesuai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil perkembangan peserta didik pada dasarnya ada 3 macam 1. Faktor intern yaitu faktor yang ada pada peserta didik itu sendiri yang meliputi pembawaan tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018  251 2. Faktor ekstern yaitu hal-hal yang dating atau ada diluar peserta didik yang meliputi lingkungan pendidikan penagalaman berinteraksi peserta didik tersebut denagan lingkungannya. 3. Faktor potensi psikologis yang tersimpan pada diri peserta didik tersebut yang memungkinkan dia menerima atau menolak aturan atau stimulus lingkungan tertentu yang akan mengembangkan dirinya. DAFTAR PUSTAKA Al-Banjari, Rachmat Ramadhana, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Quran Cet. I; Jogyakarta DIVA Perss,2008. An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan masyarakat. Cet. IV; Jakarta Gema Insan, 2004. Darajat, Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Cet, VII; Jakarta PT. Bumi Aksara, 2008 Darajat, Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Cet, IV; Jakarta PT. Bumi Aksara, 2008. Darajat, Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet, III Jakarta Bumi Aksara 2008. Isa, Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, Cet; I; Jakarta PT. Fikahati Aneska, 1994 Langgulung, Hasan, Manusia Pendidikan Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikan. Cet. V. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna, 2004. Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21. Cet, III. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna Baru, 2003. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Cet; I; Jakarta PT. Intermesa, 2002 Rahmat, Jalaluddin, Belajar Cerdas, Belajar Berbasiskan Otak. Cet, VII; Bandung; Mizan Learning Centre, 2007 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru. Cet. XIV; Jakarta PT. Remaja Rosdakarya, 2008. ... Berbicara terkait faktor-faktor ada tiga aliran yang mana menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan seseorang, yaitu Pertama Nativisme aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh factor bahwa sejak lahir dalam kata lain aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaanya. Musdalifah 2018. ...... Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Musdalifah 2018. Ketiga Konvergensi aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan jadi, faktor pembawaan dan lingkungan samasama berperan penting. ...... Ketiga Konvergensi aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan jadi, faktor pembawaan dan lingkungan samasama berperan penting. Musdalifah 2018 Seperti halnya di SD Al-Husainiyyah Bandung ada beberapa faktor yang tentunya menjadi penghambat dalam peningkatan kedisiplinan diantaranya ialah siswa yang tinggal di asrama, mereka tinggal secara bersamaan salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran anak seperti halnya sering terlambat jika datang kesekolah dan juga siswa yang bermalasmalasan hal tersebut pun berpengaruh yang cukup besar bagi siswa lainnya. ...Lina ErlianaHelmi AzizSobar Al GhazalIslamic education is one of the basic sciences that plays an important role in shaping the character of the mindset and behavior of students. Initial observations made at SD Al-Husainiyyah Bandung became the basis that it turned out that there were several problems with regard to student discipline. The reality showed a tendency such as some students not doing homework or assignments. Therefore PAI teachers or classroom teachers are required to motivate students in discipline and encourage children to apply disciplined attitudes. Based on this phenomenon, the problem in this research is formulated "What is the role, what should be done in increasing motivation, how are the supporting and inhibiting factors of discipline". Furthermore, the objectives in this study are described in the following points 1 to be able to reveal how efforts are made to improve student discipline at Al-Husainiyyah Elementary School, 2 to analyze how the role of PAI teachers in improving student discipline at SD AL-Husainiyyah Husainiyyah, 3 to determine the supporting and inhibiting factors of discipline in Al-Husainiyyah Elementary School. The researcher used qualitative descriptive method. The data sources used are primary data sources, namely teachers of Islamic education subjects at Al-Husainiyyah Elementary School Bandung and secondary data sources in the form of documents. With data collection techniques, namely interviews, observations. Conducting interviews with teachers of Islamic religious education subjects at SD Al-Husainiyyah Bandung. The data analysis techniques used in this study were data reduction, data presentation. The results of this study that the PAI teacher's efforts to improve discipline are by providing understanding and understanding, the supporting supporting factors are that the students have received new knowledge and are easy to apply and the inhibiting factor is that there are still some students who are lazy so that they do not discipline. Keywords Teachers, Students, Discipline Abstrak. Penddikan Agama Islam merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam pembentukan karakter pola pikir dan tingkah laku siswa. Pengamatan awal yang dilakukan di SD Al-Husainiyyah Bandung menjadi dasar bahwa ternyata terdapat beberapa masalah berkenaan dengan kedisiplinan menunjukan kecenderungan seperti sebagian siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas. Oleh karena itu guru PAI atau guru kelas dituntut untuk memotivasi siswa dalam kedisiplinan dan mendorong anak-anak untuk menerapkan sikap disiplin.. Berdasarkan fenomena tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan “ Bagaimana peran, Apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan motivasai, bagaimana faktor pendukung dan penghambat dari kedisiplinan “. Selanjutya, tujuan dalam penelitian ini di uraikan dalam pokok-pokok sebagai berikut 1 untuk apat mengungkapkan bagaimana upaya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SD Al-Husainiyyah, 2 untuk menganalisis bagaimana peran guru PAI dalam menigkatkan kedisiplinan siswa di SD AL-Husainiyyah, 3 untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari kedisiplinan di SD Al-Husainiyyah. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitataif. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu guru mata pelajaran pendidikan Agama Islam SD Al-Husainiyyah Bandung dan data sumber sekunder berupa dokumen. Dengan teknik pengumpulan data yaitu waawancara, observasi. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam SD Al-Husainiyyah Bandung. .Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah redukasi data, penyajian data. Hasil dari penelitian ini bahwa upaya guru PAI dala menngkatkan kedisiplinan ialah dengan memberikan pengertian dan pemahaman, faktor pendukung pendukung ialah para siswa udah dalam menerima pengerahuan yang baru serta mudah dalam pengaplikasiannyapun dan faktor pnghambat ialah masih ada beberapa siswa yang bermalas-malasan sehingga ia tidak disiplin. Kata Kunci Guru, Siswa, Kedisiplinan... The theory of Nativism was introduced by Schopenhauer 1788 -1860 Yahya, 2008;Saidin, Bakar, & Harun, 2021. This theory explains that the most influential factors in the formation of an individual's self are internal factors that refer to talents, inclinations, intellect and so on Musdalifah, 2019. The word Natives means "disposition" which will shape the personality of a child Nadirah, 2013. ...... If the education and coaching given to the child is good, then the child is good. Similarly, if on the contrary, the crime committed by a person is the result of external influences that he received Musdalifah, 2019. This theory is clearly so convinced of the role played by the world of education and teaching in shaping the moral form of a student. ...Moral formation begins with the personality of the individual and the environmental factors around the individual. Consequently, an individual's propensity to be good or bad depends on internal and external factors that motivate him or her to act through his or her conduct. It is necessary to create a situation that may lead to the application of good moral values to students by a conducive education. This can ensure a motivated generation committed to fulfilling their responsibilities to themselves, their families, their peers, society and the country. This study uses Convergence Theory to examine the extent of the influence of personality and school environment in shaping the morals of Malaysian students who attend international schools in the Klang Valley.... Aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan manusia di pengaruhi dan ditentukan oleh lingkungan sekitar. Aliran Konvergensi berpendapat bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh potensi sejak lahir atau pembawaan dan lingkungan sekitar Musdalifah, 2019. Dalam pandangan Islam terdapat konsep fitrah yang berpendapat bahwa kodrat manusia yang diberikan oleh Allah sebagai bawaan sejak lahir serta membutuhkan adanya proses hubungan dari sekitar secara aktif dan dinamis Nadirah, 2013. ...Nur YaqinThe rapid progress and human civilization has resulted in increasingly dimming Islamic values and even starting to disappear from the existing vortex. This results in the dimming of Islamic values and Islamic religious education and learning including the dimming of the attitude of religious and social responsibility from individuals and society, including the responsibility for children's Islamic education which has begun to nail and display in western education however, the form of reduced responsibility responsibility or trust include, such as reduced obedience to orders to carry out religious obligations, indifference to religious education in children, disregard for ethical and moral values and diminished sense of empathy for people who are less affluent. This research is a research on the analysis of the concept of the content of Islamic values in Ki Ageng Suryomentaram's kawruh pamomong in the application of Islamic religious learning. The purpose of describing the Islamic values of the ancient text of kawruh pammong Ki Ageng Suryomentaram The object of study is the ancient manuscripts of Ki Ageng Suryomentaram. This type of research is qualitative research with a literature study model. The results of the study explain that local wisdom also has grain values that can be used as speech and limitations in carrying out daily life. Results, The value points of kawruh pammong can be implemented in learning including several values 1 exemplary; 2 habituation; and 3 question and answer. In conclusion, the application of Islamic values as a benchmark or benchmark in applying belief to the understanding of the values taught in the form of monotheism and morals. These values can be applied and practiced in everyday life by believing in Islam as a reference material for its adherents.... Menurut Hamalik 2011 menerangkan bahwa pendidikan ialah suatu proses mempengaruhi siswa agar dapat membiasakan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pada dasarnya pertumbuhan serta perkembangan siswa bergantung pada dua faktor yang saling mempengaruhi, yaitu bakat yang dimiliki oleh siswa sejak lahir, serta lingkungan yang mempengaruhi sampai bakat itu tumbuh dan berkembang Farikhah, 2009;Samio, 2018;Musdalifah, 2019. Sekolah selaku lembaga pendidikan formal, secara sistematis merancang beragam lingkungan yaitu berupa lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai peluang buat siswa untuk melaksanakan berbagai aktivitas belajar. ...Silvia MeirisaLatarbelakang permasalahan dalam penelitian ini dikarenakan rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PKn, hal tersebut terlihat bahwa guru selalu menggunakan metode ceramah dan sedikit tanya jawab, sedangkan keberadaaan siswa sebagai seorang yang kreatif kurang diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peningkatkan motivasi belajar siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan model everyone is a teachere here. Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Siswa kelas V SDN 138/III Tanjung Syam Kerinci yang berjumlah 13 orang adalah subjek dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan diperoleh persentase pada siklus I dari 34,58% meningkat pada siklus II menjadi 76,92%, motivasi belajar siswa dalam menjawab pertanyaan diperoleh persentase pada siklus I dari 53,84% meningkat pada siklus II menjadi 80,76%, kemudian rata-rata nilai hasil belajar siklus I dari 65,38 meningkat pada siklus II menjadi 78,07. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model everyone is a teachere here di kelas V SD pada pembelajaran Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Quran Cet. I; Jogyakarta DIVA PerssRachmat Al-BanjariRamadhanaAl-Banjari, Rachmat Ramadhana, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Quran Cet. I; Jogyakarta DIVA Perss, AbdurrahmanIslam Di RumahAn-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan masyarakat. Cet. IV; Jakarta Gema Insan, Pendidikan Islam, Cet; I; Jakarta PT. Fikahati AneskaKamal IsaMuhammadIsa, Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, Cet; I; Jakarta PT. Fikahati Aneska, 1994Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikanHasan LanggulungManusia PendidikanLanggulung, Hasan, Manusia Pendidikan Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikan. Cet. V. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna, Islam Dalam Abad ke 21Hasan LanggulungLanggulung, Hasan, Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21. Cet, III. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna Baru, SyahPsikologi PendidikanSyah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru. Cet. XIV; Jakarta PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

contoh aliran naturalisme dalam pendidikan