astakosala kosali merupakan fengshui-nya bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di bali yang sesuai dengan landasan filosofis, etis, dan ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan
fungsipengetahuan tradisional asta kosala kosali adalah merupakan pedoman utama bagi masyarakat bali khususnya profesi seorang undagi (arsitek tradisional bali), berisi pengetahuan tentang ajaran hakikat seorang arsitek (undagi), hal-hal yang harus diketahui dan dipatuhi oleh undagi, dewa pujaan seorang undagi (bhatara wiswakarma), ukuran-ukuran
AstaKosala Kosali merupakan suatu ajaran dari Bhagawan Siswakarma, ajaran tentang Tri Hita Karana (palemahan, pawongan, serta periangan) ilmu sebagai ukuran atau patokan dasar dalam membangun rumah ada Bali. Asta Kosala Kosali bila diartikan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti buku tentang ukuran dalam membuat rumah.
AstaKosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang mpunya rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti. * Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran
Tanahdan tata letak rumah berpengruh terhadap kehidupan penghuninya. Lontar Asta Kosala Kosali atau Asta Bumi bisa dijadikan acuan. Bagaimanakah bangunan arsitek bali yang bisa membuat penghuninya bisa nyaman dan bahagia. Menurut ida Pandita dukuh Samyaga,perkebangan arsitektur bangunan Bali,tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah bali Aga
cara membuat cheese roll dari kulit lumpia. Umat Hindu memiliki keyakinan, jika membangun rumah tidak lepas dari pustaka Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali. Literatur ini dijadikan pedoman dalam membangun rumah untuk menata lahan serta sebagai fengsuinya Hindu Bali. Wayan Titra Gunawijaya, mengatakan kedatangan Danghyang Nirartha pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14 ikut mewarnai khasanah arsitektur yang ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosalakosali. Dalam Lontar tersebut menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur. Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur, sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya. Dalam kisah tersebut, hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna. Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. “Karenanya, tiap bangunan di Bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma,” jelasnya, Jumat 24/9 siang. Upacara membangun rumah bisa dimulai dari pemilihan lokasi, membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai. Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya. Dikatakan Titra, Lontar Asta Kosala Kosali mengupas sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Penataan bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya pekarangan. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari tubuh yang mpunya rumah. Uniknya, dalam pengukuran tersebut tidak menggunakan meter. Melain menggunakan ukuran seperti Musti atau ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang posisinya menghadap ke atas. Ada pula menggunakan satuan Hasta atau ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka. Ada pula menggunakan ukuran Depa ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan “Jadi nanti besar rumahnya akan ideal sekali dengan yang mempunyai rumah. Hal tersebut juga tidak terlepas dengan konsep yang diyakini oleh kepercayaan masyarakat bali akan Buana Agung makrokosmos dan Buana Alit Mikrokosmos,” imbuhnya. Kaprodi Teologi, Jurusan Brahmawidya, STAHN Mpu Kuturan SIngaraja ini mengatakan Kosmologi Bali itu bisa digambarkan secara hirarki atau berurutan seperti Bhur, Bwah dan Swah. Konsep ini berpegang juga kepada mata angin, yang disebut dengan Dewata Nawa Sanga. Setiap bangunan itu memiliki tempat sendiri seperti misalnya dapur, karena berhubungan dengan api maka dapur ditempatkan di selatan. “Tempat sembahyang karena berhubungan dengan menyembah tuhan maka di tempatkan sebelah timur tempat matahari terbit sedangkan sumur menjadi sumber air maka ditempatkan di utara dimana gunung berada,” ungkapnya. bersambung Umat Hindu memiliki keyakinan, jika membangun rumah tidak lepas dari pustaka Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali. Literatur ini dijadikan pedoman dalam membangun rumah untuk menata lahan serta sebagai fengsuinya Hindu Bali. Wayan Titra Gunawijaya, mengatakan kedatangan Danghyang Nirartha pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14 ikut mewarnai khasanah arsitektur yang ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosalakosali. Dalam Lontar tersebut menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur. Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur, sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya. Dalam kisah tersebut, hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna. Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. “Karenanya, tiap bangunan di Bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma,” jelasnya, Jumat 24/9 siang. Upacara membangun rumah bisa dimulai dari pemilihan lokasi, membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai. Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya. Dikatakan Titra, Lontar Asta Kosala Kosali mengupas sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Penataan bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya pekarangan. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari tubuh yang mpunya rumah. Uniknya, dalam pengukuran tersebut tidak menggunakan meter. Melain menggunakan ukuran seperti Musti atau ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang posisinya menghadap ke atas. Ada pula menggunakan satuan Hasta atau ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka. Ada pula menggunakan ukuran Depa ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan “Jadi nanti besar rumahnya akan ideal sekali dengan yang mempunyai rumah. Hal tersebut juga tidak terlepas dengan konsep yang diyakini oleh kepercayaan masyarakat bali akan Buana Agung makrokosmos dan Buana Alit Mikrokosmos,” imbuhnya. Kaprodi Teologi, Jurusan Brahmawidya, STAHN Mpu Kuturan SIngaraja ini mengatakan Kosmologi Bali itu bisa digambarkan secara hirarki atau berurutan seperti Bhur, Bwah dan Swah. Konsep ini berpegang juga kepada mata angin, yang disebut dengan Dewata Nawa Sanga. Setiap bangunan itu memiliki tempat sendiri seperti misalnya dapur, karena berhubungan dengan api maka dapur ditempatkan di selatan. “Tempat sembahyang karena berhubungan dengan menyembah tuhan maka di tempatkan sebelah timur tempat matahari terbit sedangkan sumur menjadi sumber air maka ditempatkan di utara dimana gunung berada,” ungkapnya. bersambung
Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik dewasa membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya. Untuk melakukan pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang mpunya rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti Musti ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas, Hasta ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka Depa ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan A Landasan Filosofis, Etis. dan Ritual Landasan filosofis. Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung. Pembangunan perumahan adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana Alit yang berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung yang dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang sekaligus juga menjadi tujuan hidup manusia di dunia ini. Unsur- unsur pembentuk. Unsur pembentuk membangun perumahan adalah dilandasi oleh Tri Hit a Karana dan pengider- ideran Dewata Nawasanga. Tri Hita Karana yaitu unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/ Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/ tanah. Sedangkan Dewata Nawasanga Pangider- ideran adalah sembilan kekuatan Tuhan yaitu para Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan alam semesta ini. Landasan Etis Tata Nilai. Tata nilai dari bangunan adalah berlandaskan etis dengan menempatkan bangunan pemujaan ada di arah hulu dan bangunan- bangunan lainnya ditempatkan ke arah teben hilir. Untuk lebih pastinya pengaturan tata nilai diberikanlah petunjuk yaitu Tri Angga adalah Utama Angga, Madya Angga dan Kanista Angga dan Tri Mandala yaitu Utama, Madya dan Kanista Mandala. Pembinaan hubungan dengan lingkungan. Dalam membina hubungan baik dengan lingkungan didasari ajaran Tat Twam Asi yang perwujudannya berbentuk Tri Kaya Parisudha Landasan Ritual Dalam mendirikan perumahan hendaknya selalu dilandaskan dengan upacara dan upakara agama yang mengandung makna mohon ijin, memastikan status tanah serta menyucikan, menjiwai, memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi sehingga terjadilah keseimbangan antara kehidupan lahir dan batin. B. Konsepsi perwujudan Konsepsi perwujudan perumahan umat Hindu merupakan perwujudan landasan dan tata ruang, tata letak dan tata bangunan yang dapat dibagi dalam 1. Keseimbangan alam 2. Rwa Bhineda, Hulu- teben, Purusa- Pradhana 3. Tri Angga dan Tri Mandala. 4. Harmonisasi dengan lingkungan. 5. Keseimbangan Alam Wujud perumahan umat Hindu menunjukkan bentuk keseimbangan antara alam Dewa, alam manusia dan alam Bhuta lingkungan yang diwujudkan dalam satu perumahan terdapat tempat pemujaan tempat tinggal dan pekarangan dengan penunggun karangnya yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. 6. Rwa Bhineda, Hulu Teben, Purusa Pradhana. Rwa Bhineda diwujudkan dalam bentuk hulu teben hilir. Yang dimaksud dengan hulu adalah arah/ terbit matahari, arah gunung dan arah jalan raya margi agung atau kombinasi dari padanya. Perwujudan purusa pradana adalah dalam bentuk penyediaan natar. sebagai ruang yang merupakan pertemuan antara Akasa dan Pertiwi. 7. Tri Angga dan Tri Mandala. Pekarangan Rumah Umat Hindu secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian Tri Mandala yaitu Utama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai utama seperti tempat pemujaan. Madhyama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai madya tempat tinggal penghuni dan Kanista Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai kanista misalnya kandang. Secara vertikal masing- masing bangunan dibagi menjadi 3 bagian Tri Angga yaitu Utama Angga adalah atap, Madhyama angga adalah badan bangunan yang terdiri dari tiang dan dinding, serta Kanista Angga adalah batur pondasi. 8. Harmonisasi dengan potensi lingkungan. Harmonisasi dengan lingkungan diwujudkan dengan memanfaatkan potensi setempat seperti bahan bangunan dan prinsip- prinsip bangunan Hindu. C. Pemilihan Tanah Pekarangan. 1. Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar asah, pelemahan inang, pelemahan marubu lalahberbau pedas. 2. Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah karang karubuhan tumbak rurung/ jalan, karang sandang lawe pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan, karang sulanyapi karang yang dilingkari oleh lorong jalan karang buta kabanda karang yang diapit lorong/ jalan, karang teledu nginyah karang tumbak tukad, karang gerah karang di hulu Kahyangan, karang tenget, karang buta salah wetu, karang boros wong dua pintu masuk berdampingan sama tinggi, karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah tanah yang berwarna hitam- legam, berbau “bengualid” busuk 3. Tanah- tanah yang tidak baik ala tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi membangun perumahan jikalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara pamarisuda. 4. Perumahan Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun. Pekarangan Sempit. Dengan sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi sulit dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya tercermin tempat pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan alam bhuta. Karena keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas dengan membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun Karang dan Natar. Rumah Bertingkat. Untuk rumah bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas. Rumah Susun. Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan. D. Dewasa Membangun Rumah. Dewasa Ngeruwak Wewaran Beteng, Soma, Buda, Wraspati, Sukra, Tulus, Dadi. Sasih Kasa, Ketiga, Kapat, Kedasa. Nasarin Watek Watu. Wewaran Beteng, soma, Budha, Wraspati, Sukra, was, tulus, dadi, Sasih Kasa, Katiga, Kapat, Kalima. Kanem. Nguwangun Wewaran Beteng, Soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Mengatapi Wewaran Beteng, was, soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Dewasa ala geni Rawana, Lebur awu, geni murub, dan lain- lainnya. Memakuh/ Melaspas Wewaran Beteng, soma, Budha. Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Sasih Kasa, Katiga, Kapat, Kadasa. E. Upacara Membangun Rumah. Upacara Nyapuh sawah dan tegal. Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal. Jenis upakara paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae. Setelah “Angrubah sawah” dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis. Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan. Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna. Upakara Nanem dasar pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti. Upakara Pemelaspas. Upakaranya jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng. Oleh karena situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara dan upakara tersebut di atas disesuaikan dengan kondisi setempat. Asta Kosala Kosali – Fengshui ala Bali Tanah dan tata letak rumah berpengruh terhadap kehidupan asta kosala kosali atau asta bumi bisa dijadikan bangunan arsitek bali yang bisa membuat penghuninya bisa nyaman dan bahagia. Menurut ida Pandita dukuh Samyaga,perkebangan arsitektur bangunan Bali,tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11,atau zaman pemerintahan Raja Anak wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali. Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14,juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur. Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh jauh dikemukakan,Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur,sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan kisah tersebut,hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. Karenanya,tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan demikian di lakukan mulai dari pemilihan lokasi,membuat dasar bagunan sampai bangunan ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi kepercayaan masyarakat Hindu Bali,bangunan memiliki jiwa bhuana agung alam makrokosmos sedangkan manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit mikrokosmos. Antara manusia mikrokosmos dan bangunan yang ditempati harus harmonis,agar bisa mendapatkan keseimbangan anatara kedua alam itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi dan Atas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu Bali. Tanah Membuat rumah yang dapt mendatangkan keberuntungan bagi penghuninya,bagi rohaniwan dari Banjar Semaga,Desa Penatih,Denpasar ini harus diawali dengan pemilihan lokasi tanah yang yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah miring ke timur sebelum direklamasi. Namun di luar lahan bukan milik kita,posisinya lebih juga tanah bagian utaranya juga harus lebih tanah di pinggir jalan,usahakan posisinya tanah dipeluk baik bila ada air di arah selatan tetapi bukan dari sungai yang mengalir harus berjalan pelan,tetapi posisi sungai juga harus memeluk tanah ,bukan sebaliknya menebas lokasi air yang lambat membuat Dewa air sebagai pembawa kesuburan dan rejeki banyak terserap dalam deras. Selain letak tanah,tekstur tanah juga harus dipastikan memiliki kualitas berwarna kemerahan dan tidak berbau termasuk jenis tanah yang bagus untuk tempat menguji tekstur tanah,cobalah genggam tanah setelah lepas dari genggaman tanah itu terurai lagi,berarti kualitas tanah tersebut cocok dipilih untuk lokasi lain untuk menguji tekstur tanah yang baik adalah dengan cara melubangi tanah tersebut sedalam 40 Cm lubang itu diurug ditimbun lagi dengan tanah galian tadi. Jika lubang penuh atau kalau bisa ada sisa oleh tanah urugan itu, berati tanah itu bagus untuk jika tanah untuk menutup lubang tidak bisa memenuhi jumlahnya kurang berati tanah tersebut tidak bagus dan tidak cocok untuk rumah karena tergolong tanah lebih baik memilih tanah yang terletak di utara jalan karena lebih mudah untuk melakukan penataan bangunan menurut konsep Asta membuat pintu masuk rumah,letak bangunan,dan tempat suci keluarga merajan/sanggah.Lokasi seperti ini memungkinkan untuk menangkap sinar baik untuk letak pintu masuk yang sesuai,akan memudahkan menangkap Dewa Air mendatangkan rejeki. Kurang Bagus Jangan membangun rumah di bekas tempat-tempat umum seperti bekas balai banjar balai masyarakat, bekas pura tempat suci, tanah bekas tempat upacara ngaben massalpengorong/peyadnyanbekas gria tempat tinggal pedande/pendeta dan tanah bekas pula untuk tidak memilih lokasi tanahbersudut tiga atau lebih dari bersudut di puncak ketinggian,di bawah tebing atau jalan juga kurang bagus untuk rumah karena membuat rejeki seret dan penghuninya akan sakit – juga tanah yang terletak di pertigaan atau di perempatan jalan simpang jalan tidak bagus untuk tempat tinggal tetapi cocok untuk tempat jenis ini termasuk tanah angker karena merupakan tempat hunian Sang Hyang Durga Maya dan Sang Hyang Indra Balaka. Tata Letak Bangunan Setelah direklamasi ditata diusahkan bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya,bagian timur dianggap sebagai hulukepalayang menurut fungsui,posisi bangunan seperti itu memberi efek matahari tidak terlalu kencang,dan air tidak sampai ke bagian yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut merajan atau diletakan di arah barat barat daya dihitung dari tempat yang di anggap sebagai hulu tempat suci atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah, karena menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api. Sumur dan lumbung tempat penyimpanan padi sedapat mungkin diletakan di sebelah timur atau utara di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air. Bangunan balai Bandung tempat tidur diletakan diarah utara,sedangkan balai adat atau balai gede ditempatkan disebelah timur dapur dan diselatan balai penunjang lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat. Pintu Masuk Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama dibali berbentuk gapura/angkul – angkul harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sangat bagus bila di sebelah kiri sebelah timur jika rumah mengadap selatan diatur jambangan air pot air yang disi ikan. Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat dan tempat pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanahbukan lobang.Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu rumah,bukan keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah. umahbali
Sudah sangat akrab mendengar tentang feng shui, ilmu kepercayaan orang Cina terkait tata letak untuk mendapatkan rumah yang baik. Sekarang saatnya mengenal 'feng shui' yang ada di negeri sendiri, Asta Kosala Kosala Kosali merupakan suatu ajaran dari Bhagawan Siswakarma, ajaran tentang Tri Hita Karana palemahan, pawongan, serta periangan ilmu sebagai ukuran atau patokan dasar dalam membangun rumah ada Kosala Kosali bila diartikan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti buku tentang ukuran dalam membuat rumah. Secara terperinci Siswakarma terlah menjelaskan tentang konsep serta alat-alat yang digunakan untuk membangun suatu bangunan, terutama membangun tempat menarikkan feng shui dari Bali ini, yuk kita simak fakta-faktanya berikut Dewata Nawa Sanga sebagai dasar Asta Kosala Kosali Ilustrasi Dewata Nawa Sanga Sanga atau Dewata Nawa Sanga merupakan kepercayaan umat Hindu Bali tentang konsep Dewa. Dewata Nawa Sanga digambarkan dengan bunga teratai yang bunganya mekar menjadi delapan kelopak bunga dan dua garis silang dan tengah seperti layaknya arah mata angin, dan Dewa Siwa sebagai Dewa yang ada dalam Dewata Nawa Sanga ini merupakan para dewa yang menguasai penjuru mata angin. Dewa-dewa tersebut merepresentasikan hal-hal dan mempunyai ciri khas sehingga beda dari dewa yang lainnya, Dilandasi delapan hal Rumah tradisional Bali pembangunan rumah Bali, Asta Kosala Kosali dilandasi oleh delapan yang memikirkan tentang keseimbangan cosmos. Seperti hubungan antara manusia, alam dengan Sang Pencipta yang saling berkesinambungan. Hubungan manusia, alam dan Sang Pencipta yang saling berkesinambungan Hierarki tata nilai Arah mata angin seperti dalam Dewata Nawa Sanga Ruang terbuka Proporsi dan skala ruang Kronologis dan proses pembangunan Kejujuran tentang struktur bangunan Kejujuran dalam penggunaan material Baca Juga 10 Tips Feng Shui Menata Taman Agar Hoki, Alirkan Energi Positif 3. Pengukuran menggunakan anatomi tubuh Ilustrasi satuan ukuran adat Bali Bali saat membangun rumah khas Bali tidaklah menggunakan alat ukur seperti meteran, melainkan menggunakan tubuh dari pemilik rumah. Namun tidak serta-merta pemilik rumah tidur telentang begitu, melainkan mengukurnya menggunakan tangan, jari dan menggunakan anatomi tubuh ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Musti, mengukur dengan tangan mengepal dan posisi ibu jari menghadap atas. Hasta, sejengkal jarak tangan dari pergelangan tangan hingga jari tengah, atau bisa juga mdari ujung ibu jari sampai ujung kelingking dengan posisi tangan terbuka lebar. Selanjutnya yaitu Depa, mengukur menggunakan kedua rentangan tangan kanan dan kiri. Unik sekali cara mengukur seperti ini, Kondisi tanah Rumah tradisional bali tanah yang nantinya akan digunakan sebagai bangunan rumah tidak bisa dipilih dengan asal-asalan. Dalam Asta Kosala Kosali telah diatur tanah yang bagus dan tidak untuk Asta Kosala Kosali, tanah yang paling bagus untuk dijadikan rumah adalah tanah yang miring ke timur atau ke utara, dengan keadaan tanah yang berwarna merah dan tidak berbau. Serta, bagian timur tanah harus lebih tinggi dari bagian lainnya karena melambangkan bagian kepala yang disucikan. Dalam ilmu feng shui juga menyebutkan hal ini bisa membawa energi positif, Jenis kayu untuk pembangunan Ilustrasi kayu cendana johnnycaptureArsitektur Bali banyak menggunakan kayu sebagai pondasi dan juga perabotnya. Penggunaan kayu juga telah diatur dalam Asta Kosala Kosali, sehingga tidak bisa menggunakan sembarang kayu, kayu yang disebutkan dalam Asta Kosala Kosali ialah kayu cendana yang digunakan sebagai bahan dari pembuatan atap, kayu suren sebagai dinding, kayu jati sebagai tempat tidur atau Tata letak bangunan Ilustrasi tata letak bangunan bangunan pada Asta Kosala Kosali didasarkan pada Nawa Sanga, atau Dewa-dewa penjuru mata suci keluarga atau dalam Bahasa Bali disebut merajan atau sanggah sebaiknya berada di bagian timur. Bagian timur ini dianggap kalau sinar matahari tidak terlalu menyengat, dan air pun tidak sampai ke bagian hulu. Selanjutnya untuk dapur disarankan berada di barat daya atau sebelah kiri pintu masuk, karena di barat adalah letak dari Dewa sumur atau lumbung tempat menyimpan makanan dibangun di bagian utara dapur atau sebelah kanan pintu masuk, karena disana berada Dewa Air. Selanjutnya, untuk tempat tidur atau balai bandung berada di utara, untuk balai adat ditempatkan di timur dapur dan selatan balai bandung. Untuk bangunan-bangunan penunjan lainnya disarankan untuk ditempatkan di sebelah selatan balai Bentuk pintu Angkul-angkul Bali kali melihat bentuk pintu rumah adat Bali selalu tampak megah, ukiran-ukiran batu yang dipahat dengan sempurna dan rapi. Pintu rumah itu disebut dengan angkul-angkul, biasanya dikanan dan kirinya selalu ada patung Dwarapala yang memegang gada Asta Kosala Kosali dijelaskan apabila dalam satu rumah memiliki dua pintu, satu pintu utama dan yang satunya lagi adalah pintu masuk kendaraan, maka pintu utama harus lebih tinggi dibandingkan dengan pintu masuk pintu utama sejajar dengan pintu garasi, diyakini menjadikan rumah kurang menguntungkan, serta keuangan penghuninya akan cepat dan sering sakit-sakitan. Pintu masuk juga diusahakan berada dibagian timur dari rumah, mengingat bahwa arah timur dianggap membangun sebuah rumah memiliki tujuan yaitu untuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan alam. Diluar dari kerumitan Asta Kosala Kosali, tidak bisa dipungkiri bahwa rumah Bali sangatlah menarik. Bagaimana, apakah berniat untuk membangun rumah dengan dasar Asta Kosala Kosali? Baca Juga Ini Efek Negatif Sembarangan Menaruh Cermin Menurut Fengshui IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Hometradisional9 Posisi Pintu Masuk Rumah sesuai Arsitektur Tradisional Bali 4/01/2019 0 Comments Membuat pintu masuk rumah di Bali ternyata tidak boleh sembarangan, ada banyak faktor yang menentukan letak sebuah pintu masuk rumah tradisional bali. Ketika pekarangan rumah menghadap jalan dengan orientasi ke utara aturannya akan berbeda dengan rumah yang menghadap ke selatan. 9 Posisi Pintu Masuk Rumah sesuai Arsitektur Tradisional Bali - img by Bali selain punya kekayaan alam budaya ternyata juga menyimpan arsitektur yang melegenda. Di Bali rumah-rumah dan bangunan lainnya selalu dibangun atas dasar aturan yang mengacu pada asta kosala kosali dan asta bumi. Aturan ini seperti aturan feng shui di Cina, namun spesifik untuk bangunan tradisional Bali Nyoman Suweta, dalam menyampaikan bahwa dalam membuat pintu keluar-masuk pekarangan rumah, terlebih dahulu karang tersebut dibagi sembilan, kemudian ditarik ketekan hitungan dari kiri ke kanan. Hal ini juga sama seperti yang ada dalam situs tentang posisi terbaik untuk menentukan pintu rumah sesuai orientasi mata angin seperti berikut ini Pintu Rumah menghadap ke Utara ketekan perhitungan untuk pemedal pintu rumah bali yang menghadap ke utara Untuk pemedal atau pintu masuk yang menghadap ke Utara, ketekan atau perhitungannya dengan cara membagi 9 lebar lahan dan kemudian dihitung dari Barat ke Timur dengan rincian sebagai berikut Polih arta saking tan becik = mendapat harta dari cara tidak baik tidak baik Sugih = kaya sangat baik Madue Santana = memiliki anak baik Edalemin anak= kasihan pada orang lain baik Sering meweh = sering susah tidak baik Sugih = kaya sangat baik Sugih saking rabi = kaya karena istri baik Meweh saking anak lian= susah karena orang lain tidak baik Sering meweh = sering susah/sakit Pintu Rumah menghadap ke Timur ketekan perhitungan untuk pemedal pintu rumah bali yang menghadap ke timur Untuk pemedal atau pintu masuk yang menghadap ke Timur, ketekan atau perhitungannya dengan cara membagi 9 lebar lahan dan kemudian dihitung dari Utara ke Selatan dengan rincian sebagai berikut Maduwe Sentana = memiliki anak baik Sering meweh = sering susah tidak baik Kawon = tidak baik tidak baik Wikan = pintar baik Kapaten = meninggal tidak baik Rahayu = selamat sangat baik Sugih = kaya sangat baik Kaceda = celaka tidak baik Suka = senang sangat baik Pintu Rumah menghadap ke Selatan ketekan perhitungan untuk pemedal pintu rumah bali yang menghadap ke selatan Untuk pemedal atau pintu masuk yang menghadap ke Selatan, ketekan atau perhitungannya dengan cara membagi 9 lebar lahan dan kemudian dihitung dari Timur ke Barat dengan rincian sebagai berikut Manggihdosa = mendapatkan dosa tidak baik Polihistri = mendapatkan istri baik Polihbhoga = mendapatkan makanan sangat baik Kasiddhan = mampu, berhasil sangat baik Sadarana = hidup sederhana sedang Sering meweh = sering susah tidak baik Bingbang = ragu tidak baik Rahayu = selamat sangat baik Kapandungan = kecurian tidak baik Pintu Rumah menghadap ke Barat ketekan perhitungan untuk pemedal pintu rumah bali yang menghadap ke barat Untuk pemedal atau pintu masuk yang menghadap ke Barat, ketekan atau perhitungannya dengan cara membagi 9 lebar lahan dan kemudian dihitung dari Selatan ke Utara dengan rincian sebagai berikut Sering sungkan = sering sakit tidak baik Kerahuang anak lingsir = kedatangan orang tua suci baik Masantana = memiliki anak baik Kasorang rabi = direndahkan istri/suami tidak baik Kapandungan = kecurian tidak baik Suka = senang sangat baik Rahayu = selamat sangat baik Manggih dosa saking oka = mendapatkan dosa dari anak tidak baik Tiwas = miskin tidak baik Catatan Dari beberapa buku dan sumber yang saya baca, ada beberapa perbedaan tafsiran diantara sumber-sumber lainnya, sementara saya menggunakan sumber dari bimashindusultra. Jadi untuk memastikan keakuratan perhitungan ini, hendaknya berkonsultasi langsung kepada para Undagi arsitek tradisional di Bali. Referensi WarigaDewasa, Sri ReshiAnandakusuma, Morodadi Denpasar Bali Asta Kosala Kosali dan asta Bumi, I Wayan Bidja Kamus Bahasa Bali, Sri Reshi Anandakusuma, Cv. Kayumas
Keunikan Bali tak hanya terletak pada wisata, seni, dan budayanya, tapi juga mencakup bidang arsitektur bangunan baik itu tempat tinggal maupun rumah adat. Ketika berkunjung ke area pemukiman, Anda tentu pernah melihat betapa memesonanya rumah-rumah khas Pulau proses pembangunan rumah khas Bali tidak sembarangan. Mereka menerapkan Asta Kosala Kosali sebagai aturan mengenai tata letak ruangan dan bangunan sesuai landasan filosofis, etis, dan ritual. Bisa dibilang ini semacam fengshui versi dalam Asta Kosala Kosali juga menjadi pedoman bagi undagi, sebutan bagi arsitek tradisional Bali yang tidak hanya mumpuni dalam ilmu rancang bangun, tapi juga memahami seni, budaya, adat, dan apa aturan Asta Kosala Kosali diterapkan dalam pembangunan rumah di Bali?Pada dasarnya Asta Kosala Kosali adalah konsep tata ruang tradisional Bali berdasarkan konsep keseimbangan kosmologis Tri Hita Karana, hierarki tata nilai Tri Angga, orientasi kosmologis Sanga Mandala, ruang terbuka natah, proporsional dengan skala, kronologis dan prosesi pembangunan, kejujuran struktur, dan kejujuran pemakaian dari aturan ini adalah penataan bangunan bukan diukur berdasarkan ukuran tubuh pemilik rumah seperti berikutAcengkang diukur dari ujung telunjuk sampai ujung ibu jari tangan yang diukur keliling tangan yang diukur ruas tengah jari diukur pangkal sampai ujung jari kelingking tangan diukur pangkal sampai ujung jari tengah tangan diukur ujung ibu jari sampai pangkal telapak tangan yang batis diukur sepanjang telapak batis ngandang diukur selebar telapak Depa Agung diukur dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang Depa Alit diukur dari pangkal lengan sampai ujung tangan yang diukur dari pangkal ujung jari telunjuk yang ditempatkan pada suatu jeriji diukur lingkar dua jari jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkanPetang jeriji diukur lebar empat jari telunjuk, jari tengah, jari manis, kelingking yang diukur dari siku sampai pangkal telapak tangan yang lima diukur selebar telapak tangan yang dibuka dengan jari Kosala Kosali juga berisi pengetahuan tentang ajaran hakikat bagi seorang undagi, kewajiban yang harus dipatuhi undagi, dewa pujaan seorang undagi Bhatara Wiswakarma, ukuran-ukuran yang digunakan, dan menjadi pedoman undagi dalam bekerja untuk merancang bangunan, teknik pemasangan bahan bangunan, tata cara mengukur luas bangunan, jenis-jenis bangunan tradisional Bali, sesajen yang digunakan pada saat upacara bangunan, dan mantra-mantra mengikuti aturan tersebut, maka bangunan tersebut dipercaya akan memberikan keseimbangan kehidupan bagi penghuni rumah dengan lingkungan di sekitar pekarangan."Asta Kosala Kosali ini kita diajarkan berkaitan dengan bagaimana membangun itu dapat mencapai keharmonisan dan keseimbangan yang meliputi alam bawah, alam tengah, dan alam atas. Singkatnya, ini adalah pedoman membangun mencapai keharmonisan dan keseimbangan antara alam, manusia, dan Tuhan," ujar I Nyoman Nuri Arthana, Dosen Arsitektur Universitas Warmadewa, seperti dikutip Ida Pandita Dukuh Samyaga, perkembangan arsitektur bangunan di Bali tak lepas dari peran tokoh sejarah Bali Aga dan zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke-11 atau pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu banyak mewarisi landasan pembangunan arsitektur dalam lontar Asta Bhumi dan Asta Kosala Kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur, Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspedisi Gajah Mada ke Bali abad ke-14 juga turut mewarnai kekayaan arsitektur Gunung Kawi, Situs Purbakala Peninggalan Dinasti Udayana di BaliBagaimana Asta Kosala Kosali bekerja?Cara kerja Asta Kosala Kosali bisa dibilang benar-benar detail dan mengikat. Aturannya bahkan berlaku pada pemilihan tanah, penataan sesuai kondisi, tata letak, hingga pintu memilih tanah untuk bangunan diusahakan yang miring ke timur atau utara, pelemahan datar asah, pelemahan inang, dan pelemahan marubu lalah berbau pedas. Adapun tanah yang harus dihindari sebagai lokasi membangun rumah yaitu tumbak rurung atau jalan, pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan, karang yang dilingkari lorong, karang diapit lorong, karang di hulu Kahyangan, dua pintu masuk berdampingan sama tnggi, dan tanah hitam legam juga berbau yang dianggap tidak baik itu tetap bisa dibangun rumah tetapi harus diadakan upacara agama dan dibuatkan palinggih yang dilengkapi upacara energi di rumah lebih positif, biasanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya bangunan yang terletak di timur lantainya lebih tinggi karena menurut masyarakat Bali, bagian timur dianggap sebagai hulu yang disucikan. Selain itu, dapur berada di arah barat yang sesuai dengan letak Dewa Api, dan sumur atau lumbung padi di timur atau utara dapur karena melihat posisi Dewa pintu masuk juga penting untuk menangkap Dewa Air sebagai sumber rejeki . Jika pintu masuk lebih dari satu, lebar dan tinggi pintu masuk utama, pintu lain, dan tinggi lantai pun tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama yang berbentuk gapura atau angkul-angkul harus lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garasi. Jika dibuat sama maka efeknya akan kurang menguntungkan bagi penghuni rumah karena dipercaya akan berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
asta kosala kosali pintu rumah